Mohon tunggu...
AL ARUDI
AL ARUDI Mohon Tunggu... Lainnya - Lainnya

Lebih baik menghasilkan tulisan yang buruk, daripada tidak menulis apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Guci Tua Pemberian Tetangga

26 Juli 2024   23:55 Diperbarui: 2 Agustus 2024   14:56 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah aku selesai membantu Tono mengepak barang-barangnya, aku bawa guci itu ke rumahku. Aku membawa guci itu dengan cara menggelindingnya di atas tanah. Karena bobot guci itu lumayan berat, tidak mungkin aku membawanya dengan cara dipikul ataupun digendong.

Sebenarnya Tono hendak membantu aku membawa guci itu. Aku menolak bantuan Tono. Aku pikir Tono sudah kelelahan karena membereskan isi rumahnya. Aku tidak mau merepotkan Tono.

Akhirnya secara perlahan-lahan guci itu sampai juga di rumahku.

***

"Buat apa sih, Bang, bawa guci seperti itu ke dalam rumah!" protes istriku.

"Buat kenang-kenangan dari tetangga, Dek!" balasku.

" Mau kamu Taruh di mana Bang, guci tua itu? Rumah kita sudah penuh dengan peralatan! Nanti aku yang bakal repot mengurusnya!" kata istriku dengan wajah masam.

"Adek tenang aja! Guci ini biar Abang saja yang mengurusnya. Guci ini akan Abang pergunakan untuk menampung air wudhu," jelas aku

"Kamar mandi kita sudah sempit, Abang! Sudah ada bak mandi, mesin cuci, ember dan segala macam tetek bengek peralatan mandi dan mencuci. Kalau Abang tambah guci besar lagi di situ, kita akan susah bergerak!" Omelan istriku bagai senapan mesin.

Rencananya aku memang mau naruh guci tua itu di kamar mandi. Akan tetapi telingaku hampir robek mendengar omelan istriku, sehingga guci tua itu aku letakkan di beranda belakang rumah. Kebetulan di sisi tembok beranda belakang ada keran air. Aku bisa menaruh air ke dalam guci dengan mudah.

Istriku tampak tetap tidak suka walaupun guci tua itu aku taruh di beranda belakang. Tapi omelannya agak berkurang. Aku merasa lega, berarti kehadiran guci itu tidak menimbulkan perang mulut yang lebih hebat lagi dengan istriku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun