Mohon tunggu...
al-mujaddid sahidin
al-mujaddid sahidin Mohon Tunggu... -

never ending to stop learning

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengintip Sisi "Baik" Yahudi

8 Juli 2010   13:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:00 2046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bidang politik tidak kalah penting, tercatat ada nama yang beretnis Yahudi yaitu Perwakilan Austria Bruno Kreisky, Perdana Menteri Prancis Pierre Mendes-France, Perdana Menteri Norwegia Brondenvald. Selain itu tidak kalah mengejutkan adalah ternyata studio-studio Hollywood terbesar, seperti Disney, Touchstone, Universal, MCA, Caravan, Dreamwork dan lain-lain dikelola oleh orang-orang Yahudi. Mereka adalah Michael Eisner, David Geffen, Steven Spilberg, Jeffrey Katzenburg, Edgar Bronfman dan Arnon Milchin. Publikasi-publikasi berita skala internasional pun tidak luput dari tangan yahudi, yaitu Time, Newsweek, The Washington Post, The New York Times dan The Wall Steet Journal. Plus kolumnis dan editornya juga adalah orang Yahudi. Kesimpulannya, nama-nama Yahudi yang terkenal telah memegang kekuatan dan kekuasaan dalam jumlah besar di berbagai bidang, data statistis menunjukan kehebatan dan banyak keberhasilan yang diperoleh oleh etnis yang jumlahnya relatif sedikit. Woow fantastik........., minoritas menguasai mayoritas.

Fakta dari data-data diatas membuat kita mungkin menjadi lebih cerah dan mencengangkan bagaimana orang-orang Yahudi "diatas kertas dan media" terlihat begitu besar kekuatan dan kekuasaan mereka. Terlihat bagaimana mereka menggegerkan dunia, menggoreskan tinta emas sejarah dan mencengkram kehidupan manusia di dunia ini. Tetapi apakah kita tahu lebih dalam kenapa orang-orang Yahudi bisa menjadi demikian besar dan kuat. Adakah trik-trik atau metode-metodenya...??? Disinilah saya akan mulai mencoba memberikan jawabannya satu persatu dari buku yang sudah saya baca.

1) Prinsip Imajinasi

Yupz, prinsip imajinasi adalah salah satu metode yang dikembangkan oleh orang Yahudi untuk mewujudkan hal-hal yang tidak mungkin dengan cara-cara yang mungkin. Untuk lebih jelasnya saya mencoba memulai pembahasannya dari sejarah bangsa Yahudi terutama konstruksi orang Yahudi mengenai Tuhan-Nya.

***

Ribuan tahun yang lalu, sebuah suku kecil mengembara di padang pasir. Sebuah suku yang bertahun-tahun kemudian tumbuh menjadi bangsa yang besar, yaitu Yahudi. Suku ini memiliki kebiasaan-kebiasaan dan hukum tersendiri. Sebagaimana hidup di padang pasir, suku ini pun berinteraksi dengan bangsa atau orang lain, penghuni area di sekitar mereka. Dengan bangsa-bangsa yang berbeda, dengan tata nilai, budaya, keyakinan yang berbeda pula. Namun, mereka memiliki satu kesamaan yang sangat penting yaitu mereka meyakini akan adanya kekuatan yang lebih hebat, yang mengendalikan kehidupan, kematian, serta keajaiban-keajaiban alam semesta.

Pada saat itu, kebanyakan orang memuja raja Mesir kuno, berhala dan benda mati. Namun, ketika orang-orang Yahudi bertemu dengan "tetangga-tetangganya", khususnya ketika membahas mengenai Tuhannya masing-masing, mereka berbeda pendapat. Tetangga-tetangga Yahudi tersebut menjelaskan tentang Tuhan berupa abstraksi-reality. Artinya mereka mengungkapkan Tuhannya ke dalam bentuk kenyataan. Tuhannya bermata juling dengan bibir bengkak, hidungnya mancung, mempunyai sayap, terbuat dari berbagai bahan, misalnya roti, tanah liat, pasir dan lainnya. Tuhannya (yang terbuat dari tanah liat, yang mungkin hanya bertahan sekitar 3 minggu) dapat menurunkan hujan, membasmi pelbagai penyakit sampai dapat mematikan dan menghidupkan seseorang.

Akan tetapi, Tuhan menurut orang Yahudi adalah tidak terlihat, tidak abstraksi-reality, tidak berwarna dan berbau. Dia tidak dapat dilihat dan tidak seorang pun dapat menyentuhnya. Pemikiran mengenai Tuhan seperti ini, lahir dari sikap kristisnya orang Yahudi ketika mereka melihat sekeliling mereka. Mereka melihat sekeliling, terutama Tuhan tetangga mereka yang "lucu" menurut mereka. Mana ada Tuhan terbuat dari roti, tanah liat. Sesekali dapat dimakan atau dapat hancur dalam beberapa minggu. Hal itu berbeda dengan yang seharusnya, yaitu Tuhan itu seharusnya mempunyai kekuatan yang jauh lebih Besar dan Tinggi. Bukan malah bisa dimakan dan hancur dalam tempo beberapa saat. Hal tersebut mustahi menurut akal.

Hal-hal seperti itulah yang mengusik pikiran orang Yahudi. Oleh karena itu perbedaan mencolok antara Tuhan bangsa Yahudi dengan bangsa yang lain pada waktu itu adalah Tuhan bangsa Yahudi tidak dapat dilihat sedangkan Tuhan bangsa yang lain dapat dilihat, dan disentuh.

Pemikiran bangsa Yahudi mengenai Tuhan inilah yang mungkin menyebabkan mereka dicap "liberal" bahkan dianggap tidak mempunyai Tuhan pada waktu itu. Satu hal yang berlaku mengenai sikap spiritual pada saat itu adalah "Apa yang kau lihat itulah yang kau tangkap dan apa yang kau tidak lihat, berarti tidak ada".

Ketika orang-orang Yahudi mendapatkan hinaan, olok-olok, dan cemoohan dari bangsa lain mengenai "Tuhan macam apa yang tak dapat dilihat ?", orang Yahudi pun melawannya dengan cara memejamkan mata dan berdo'a kepada Tuhan. Kepada Imajinasi Mereka. Berdo'a dalam bentuk apa pun yang dikristalisasikan ke dalam pikiran mereka. Berdo'a kepada kekuatan yang lebih tinggi yang benar-benar hanya merupakan imajinasi mereka sendiri, namun mereka tahu bahwa kalau gambaran tersebut benar adanya. Inilah Tuhan bangsa Yahudi dan tak seorang pun dapat memberitahu bahwa apa pun yang mereka saksikan oleh mata adalah Tuhan yang benar atau bukan.

Ribuan tahun telah berlalu dan tiga agama besar monoteis "mengadopsi" Tuhan Yahudi, konsep yang berpegang teguh bahwa kekuatan yang lebih tinggi secara terpisah merupakan hasil dari "imajinasi" seseorang. Menurut... Eran Katz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun