Mohon tunggu...
al-mujaddid sahidin
al-mujaddid sahidin Mohon Tunggu... -

never ending to stop learning

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengintip Sisi "Baik" Yahudi

8 Juli 2010   13:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:00 2046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam perkembangan dewasa ini siapa yang tidak kenal dengan Mark Zuckerberg penemu Facebook dan remaja terkaya di planet ini atau George Soros pebisnis skala internasional atau bahkan Larry King pembawa acara Talk Show TV paling menakjubkan di dunia yang telah mewawancarai lebih dari 40.000 orang ?. Yupz, pasti dan kemungkinan kenal, karena kita sering mendengar atau bahkan menggunakan produk salah satu ciptaan mereka, diantaranya facebook. Situs jejaring sosial yang naik "pohon" dalam waktu yang relative singkat.

Oke... Nama-nama diatas bukanlah list untuk kita jadikan sampel dalam rangka memvoting siapa diantara kita yang paling mengidolakan atau mengetahui mereka, tapi saya bermaksud mengajak pembaca untuk mengetahui sesungguhnya ada apa dibalik mendunia-nya mereka.

Next, jika kita telusuri latarbelakang rasnya (bukan bermaksud menonjolkan rasisme) mereka adalah orang-orang kelahiran dari bangsa Yahudi!!!. Kita ketahui-bahkan sudah populer di memori kita- Yahudi adalah satu-satunya bangsa yang di kenal di jagat ini sebagai sebuah bangsa yang dilabeli dengan karakteristik otak encer dan kepintarannya. Sebuah bangsa yang sanggup meletakan "planet bumi" ini berada di telapak tangan mereka.

Adapun yang menarik untuk kita bahas adalah bukan kenapa bangsa Yahudi dapat menjadi bangsa yang kuat dan menakutkan, tetapi apakah orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang benar-benar lebih cerdas daripada bangsa lain, valid secara akademis ataukah hanya sekedar mitos belaka ?. Dan kalaupun orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang jauh lebih cerdas, pertanyaan selanjutnya adalah apa rahasia dibalik itu semua ?. inilah barangkali yang ingin dicoba oleh Eran Katz dalam bukunya "JEROME BECOMES A GENIUS, Mengungkap Rahasia Kecerdasan Orang Yahudi" untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

***

Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu saya akan sajikan fakta-fakta mengenai "keterlibatan" orang-orang Yahudi di pelbagai panggung kehidupan. Mulai dari bidang bisnis, pendidikan, musik, film sampai bidang-bidang lainnya.

Dari bidang bisnis kita ketahui ada nama-nama George Soros, Max Factor, Ada the Rothschild family, Reichman, Bronfman, Estee-Lauder, Ben Cohen and Jerry Greenfield dan Adam Citroen (yang namanya terpampang pada mobil-mobil Prancis). Adapun fakta yang paling menarik adalah ternyata antara tahun 1819 - 1935, Yahudi mengendalikan 20 % ekonomi Jerman! Itu baru kisaran tahun 1819 - 1935 bagaimana dengan sekarang. Apakah hal tersebut masih berlaku ataukah justru sekarang telah menguasai dunia. Apakah Indonesia juga terkena sapuan Yahudi, atau bahkan ada dibawah ketiak Yahudi ?. Entah.......

Kemudian dari bidang pendidikan, 41 % dari ilmuan teratas Spanyol pada Abad Pertengahan adalah orang-orang Yahudi, 25 X lebih banyak daripada jumlah ilmuan Spanyol non-Yahudi. Selain itu pada tahun 1952, 24 % dari siswa di Universtas Harvard adalah orang-orang Yahudi, di Cornell University 23 % dan di Princeton University sebanyak 20 % adalah orang-orang Yahudi. 20 % profesor di universitas-universitas terkemuka di Amerika adalah Yahudi. Bahkan yang paling mengejutkan, 102 dari 270 orang yang telah memenangkan penghargaan Hadiah Nobel Perdamaian, sejak pertama kali dianugerahkan tahun 1901 adalah orang-orang Yahudi. Artinya 37 % dari total keseluruhan adalah orang-orang yahudi!!!.

Dari nama-nama yang sangat berpengaruh pada seluruh umat manusia, Yahudi pun mengoleksinya yaitu Musa, Maimonides, Spinoza, Sigmund Freud, Albert Einstein. Bahkan "katanya", Karl Max dan Yesus pun, keduanya adalah orang Yahudi, tetapi "membelot".

Bagaimana dengan musik klasik, ternyata Yahudi pun punya listnya. Ada nama Yascha Heifetz, Daniel Burnbaum, Issac Stern, Arthur Rubinstein. Dari kategori per-filman, ada nama-nama aktor yang beretnis Yahudi, yaitu Woody Allen, The Marx Brother, Billy Crystal, Steven Speiberg, Bette Midler, Harrison dan Mel Brooks.

Dari bidang entertainer tidak ketinggalan, tercatat ada nama, Larry King, Barbara Streisand, Mandy Patinkin, Billy Joel, Simon & Garfunkel, Paul Anka, Jerry Seinfeld, Jackie Mason, Marcel Marceau, the French Mime dan bahkan ada nama William Shatner dan Leonard Nimoy yang lebih dikenal sebagai Captain Kirk dan Mr. Spock dalam film Stark Trek.

Dalam bidang politik tidak kalah penting, tercatat ada nama yang beretnis Yahudi yaitu Perwakilan Austria Bruno Kreisky, Perdana Menteri Prancis Pierre Mendes-France, Perdana Menteri Norwegia Brondenvald. Selain itu tidak kalah mengejutkan adalah ternyata studio-studio Hollywood terbesar, seperti Disney, Touchstone, Universal, MCA, Caravan, Dreamwork dan lain-lain dikelola oleh orang-orang Yahudi. Mereka adalah Michael Eisner, David Geffen, Steven Spilberg, Jeffrey Katzenburg, Edgar Bronfman dan Arnon Milchin. Publikasi-publikasi berita skala internasional pun tidak luput dari tangan yahudi, yaitu Time, Newsweek, The Washington Post, The New York Times dan The Wall Steet Journal. Plus kolumnis dan editornya juga adalah orang Yahudi. Kesimpulannya, nama-nama Yahudi yang terkenal telah memegang kekuatan dan kekuasaan dalam jumlah besar di berbagai bidang, data statistis menunjukan kehebatan dan banyak keberhasilan yang diperoleh oleh etnis yang jumlahnya relatif sedikit. Woow fantastik........., minoritas menguasai mayoritas.

Fakta dari data-data diatas membuat kita mungkin menjadi lebih cerah dan mencengangkan bagaimana orang-orang Yahudi "diatas kertas dan media" terlihat begitu besar kekuatan dan kekuasaan mereka. Terlihat bagaimana mereka menggegerkan dunia, menggoreskan tinta emas sejarah dan mencengkram kehidupan manusia di dunia ini. Tetapi apakah kita tahu lebih dalam kenapa orang-orang Yahudi bisa menjadi demikian besar dan kuat. Adakah trik-trik atau metode-metodenya...??? Disinilah saya akan mulai mencoba memberikan jawabannya satu persatu dari buku yang sudah saya baca.

1) Prinsip Imajinasi

Yupz, prinsip imajinasi adalah salah satu metode yang dikembangkan oleh orang Yahudi untuk mewujudkan hal-hal yang tidak mungkin dengan cara-cara yang mungkin. Untuk lebih jelasnya saya mencoba memulai pembahasannya dari sejarah bangsa Yahudi terutama konstruksi orang Yahudi mengenai Tuhan-Nya.

***

Ribuan tahun yang lalu, sebuah suku kecil mengembara di padang pasir. Sebuah suku yang bertahun-tahun kemudian tumbuh menjadi bangsa yang besar, yaitu Yahudi. Suku ini memiliki kebiasaan-kebiasaan dan hukum tersendiri. Sebagaimana hidup di padang pasir, suku ini pun berinteraksi dengan bangsa atau orang lain, penghuni area di sekitar mereka. Dengan bangsa-bangsa yang berbeda, dengan tata nilai, budaya, keyakinan yang berbeda pula. Namun, mereka memiliki satu kesamaan yang sangat penting yaitu mereka meyakini akan adanya kekuatan yang lebih hebat, yang mengendalikan kehidupan, kematian, serta keajaiban-keajaiban alam semesta.

Pada saat itu, kebanyakan orang memuja raja Mesir kuno, berhala dan benda mati. Namun, ketika orang-orang Yahudi bertemu dengan "tetangga-tetangganya", khususnya ketika membahas mengenai Tuhannya masing-masing, mereka berbeda pendapat. Tetangga-tetangga Yahudi tersebut menjelaskan tentang Tuhan berupa abstraksi-reality. Artinya mereka mengungkapkan Tuhannya ke dalam bentuk kenyataan. Tuhannya bermata juling dengan bibir bengkak, hidungnya mancung, mempunyai sayap, terbuat dari berbagai bahan, misalnya roti, tanah liat, pasir dan lainnya. Tuhannya (yang terbuat dari tanah liat, yang mungkin hanya bertahan sekitar 3 minggu) dapat menurunkan hujan, membasmi pelbagai penyakit sampai dapat mematikan dan menghidupkan seseorang.

Akan tetapi, Tuhan menurut orang Yahudi adalah tidak terlihat, tidak abstraksi-reality, tidak berwarna dan berbau. Dia tidak dapat dilihat dan tidak seorang pun dapat menyentuhnya. Pemikiran mengenai Tuhan seperti ini, lahir dari sikap kristisnya orang Yahudi ketika mereka melihat sekeliling mereka. Mereka melihat sekeliling, terutama Tuhan tetangga mereka yang "lucu" menurut mereka. Mana ada Tuhan terbuat dari roti, tanah liat. Sesekali dapat dimakan atau dapat hancur dalam beberapa minggu. Hal itu berbeda dengan yang seharusnya, yaitu Tuhan itu seharusnya mempunyai kekuatan yang jauh lebih Besar dan Tinggi. Bukan malah bisa dimakan dan hancur dalam tempo beberapa saat. Hal tersebut mustahi menurut akal.

Hal-hal seperti itulah yang mengusik pikiran orang Yahudi. Oleh karena itu perbedaan mencolok antara Tuhan bangsa Yahudi dengan bangsa yang lain pada waktu itu adalah Tuhan bangsa Yahudi tidak dapat dilihat sedangkan Tuhan bangsa yang lain dapat dilihat, dan disentuh.

Pemikiran bangsa Yahudi mengenai Tuhan inilah yang mungkin menyebabkan mereka dicap "liberal" bahkan dianggap tidak mempunyai Tuhan pada waktu itu. Satu hal yang berlaku mengenai sikap spiritual pada saat itu adalah "Apa yang kau lihat itulah yang kau tangkap dan apa yang kau tidak lihat, berarti tidak ada".

Ketika orang-orang Yahudi mendapatkan hinaan, olok-olok, dan cemoohan dari bangsa lain mengenai "Tuhan macam apa yang tak dapat dilihat ?", orang Yahudi pun melawannya dengan cara memejamkan mata dan berdo'a kepada Tuhan. Kepada Imajinasi Mereka. Berdo'a dalam bentuk apa pun yang dikristalisasikan ke dalam pikiran mereka. Berdo'a kepada kekuatan yang lebih tinggi yang benar-benar hanya merupakan imajinasi mereka sendiri, namun mereka tahu bahwa kalau gambaran tersebut benar adanya. Inilah Tuhan bangsa Yahudi dan tak seorang pun dapat memberitahu bahwa apa pun yang mereka saksikan oleh mata adalah Tuhan yang benar atau bukan.

Ribuan tahun telah berlalu dan tiga agama besar monoteis "mengadopsi" Tuhan Yahudi, konsep yang berpegang teguh bahwa kekuatan yang lebih tinggi secara terpisah merupakan hasil dari "imajinasi" seseorang. Menurut... Eran Katz.

Untuk lebih paham, saya ambilkan contoh melalui sebuah pertanyaan. Gambaran seperti apa yang muncul di pikiran kita ketika mendengar kata Tuhan ? Mungkin diantara kita ada yang menjawab, Tuhan itu berbentuk orangtua dengan janggut panjang berwarna putih. Ada lagi mungkin yang menjawab, Tuhan itu melayang di udara, besar, putih laksana cahaya. Gambaran seperti itu "wajar" karena hasil dari asosiasi bebas pikiran kita ketika membayangkan mengenai "sosok" Tuhan. Maka dari itu, gambaran-gambaran seperti itu menurut bangsa Yahudi adalah sebuah konstruk Imajinasi. Konstruk Imajinasi yang akan membawa kepada kenyataan. Kenyataan yang akan membawa kepada kesimpulan bahwa Tuhan adalah benar-benar ada. Ada menurut individu masing-masing.

Dalam Kabbalah,[1] disebutkan bahwamenciptakan gambaran-gambaran Tuhan melalui huruf-huruf dan warna menggunakan pancaindera adalah hal yang normal, namun tetap terhindar dari larangan menyamakan Tuhan dengan bentuk khusus. Rabi Joseph Ashkenazi, seorang penganut Kabbalah menetapkan bahwa orang yang beriman akan menciptakan gambaran Tuhan-nya jika muncul huruf-huruf dan nama yang tampak di depan matanya dengan jelas. Berkali-kali ia akan merasakan suara, bau, dan gemuruh pada setiap kehadirannya. Kemudian dalam pikirannya ia akan melihat segala pemandangan, mencium segala bebauan, merasakan segala rasa, merasakan setiap sentuhan, dan semuanya bermekaran ketika huruf-huruf suci itu muncul tepat di depan matanya.

Penganut Kabbalahyang lain, Rabi Nahum menulis "ketika menyebutkan nama Tuhan, bayangkan huruf-huruf suci sebelum matamu memerah seperti lingkaran api". Yupz, agar lebih mudah lagi saya ambilkan contoh. Karena kita terbiasa hidup di dunia gelombang rendah (microwave) kita ingin segalanya tersaji dengan cepat. Oleh sebab itulah kebanyakan orang lebih memilih pergi ke bioskop daripada membaca buku. Karena menonton lebih mudah. Dengan menonton film, kita bisa melihat alur cerita dengan nyata dihadapan kita tanpa harus membuat tegang pikiran kita yang mungkin sudah penuh dengan "beban" untuk dapat menciptakan adegan-adegan imajinatif. Maka ada yang mengatakan-salah satunya Presiden Cekoslowakia, Jan Masrick-"Berpikir Itu Menyakitkan".

Walhasil, kita sedikit dapat menarik kesimpulan, bahwa pemikiran orang Yahudi dengan bangsa lain pada waktu itu sangatlah berbeda. Penganut berhala atau orang lain yang yakin tentang Tuhan yang diasosiasikan ke dalam bentuk nyata akan berpikiran, "mengapa harus repot-repot membayangkan bagaimana rupa, suara, atau bau Tuhan, jika saya bisa pergi keluar dan membeli patung Tuhan yang sudah tersedia." Orang yahudi pun sebenarnya tahu bahwa lebih mudah berdo'a kepada patung, namun mereka memilih jalan lain. Orang Yahudi berpikir mengapa Tuhan yang diasosiasikan ke dalam bentuk fisik dan terbuat dari segumpal tanah liat yang pada akhirnya akan hancur, tetap mereka sembah. Bukankah hal tersebut bertolak belakang dengan rasio. Tidaklah mungkin mewakili Tuhan yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi.

Kesimpulan logis seperti itu meyebabkan mereka menanyakan sifat-sifat alami Tuhan yang sebenarnya. Semakin mereka memikirkannya, membuat mereka sampai kepada kesimpulan bahwa gambaran Tuhan yang benar hanya merupakan hasil imajinasi kita saja. Ketika itulah mereka menyadari bahwa imajinasi adalah kekuatan. So, jika kita membayangkan Tuhan, meyakini dan merasakan apa yang dilihat dalam mata pikiran kita, maka kemampuan membayangkan tersebut akan membantu dalam memunculkan gagasan-gagasan unik yang belum pernah terpikirkan oleh orang lain, gagasan itu pun dapat menggantikan kenyataan atau imajinasi yang menjadi kenyataan. Bahkan menurut Rabi Judah Ha-Levi, imajinasi itu tidak hanya lebih kuat dari kenyataan, tetapi juga lebih kuat dan jelas daripada logika. Dengan kata lain, sesuatu yang tidak logis bisa menjadi logis dengan bantuan imajinasi kreatif..!!!!

Mari kita buktikan kesimpulan tersebut kedalam sebuah contoh. Pada Abad Pertengahan apakah orang -orang berani bermimpi untuk mencapai bulan??. Setelah bertahun-tahun memandangi bulan, membayangkan apa yang ada disana, barulah umat manusia mampu memformulasikan metode untuk memwujudkan mimpi tersebut. Hasilnya munculah Roket yang membawa manusia pergi ke bulan.

Contoh lainnya, dulu orang berfikir (mungkin pada zaman kuno) dan membayangkan bahwa secara ajaib dia dapat mengirimkan gambar dirinya sejauh ratusan mil..!! Bertahun-tahun kemudian ditemukanlah televisi, radio, faks, bahkan pada era komunikasi-digital sekarang ini, hal tersebut sudah tidak aneh lagi.

Contoh yang lebih tepatnya lagi, yaitu tentang ditemukannya teori relativitas oleh Albert Einstein. Dalam otobiografinya ia mengakui bahwa hanya dengan bantuan imajinasilah ia mencapai teori relativitasnya. Selain itu, ia menyebutkan bahwa visi adalah hal yang memungkinkan dia mengembangkan teori relativitas. Hal itu pertama kali dia alami saat berusia enam belas tahun ketika sedang berjalan di jalanan sambil melamun "akan apa jadinya, pikir Einstein, jika aku berlari berdampingan dengan cahaya pada kecepatan yang sama ?". Dia pun menyatakan bahwa kebanyakan orang lupa terhadap lamunan kecil ini ketika hal itu muncul di kepala mereka. Tetapi Einstein berbeda, dia merenungkan pertanyaan tersebut selama sepuluh tahun sampai akhirnya menemukan jawabannya.

Imajinasi Kreatif inilah sebenarnya yang dikembangkan oleh bangsa Yahudi sejak lama. Orang Yahudi mengembangkannya karena memang tidak punya pilihan lain. Mereka tahu bahwa hanya dengan imajinasilah yang dapat menyelamatkan mereka dari kenyataan mereka yang suram, disiksa, dianiaya sepanjang sejarah. Oleh karena itu, dengan hanya bantuan imajinasilah mereka terselamatkan dari kesengsaraan. Dengan bantuan imajinasi, mereka dapat menebus para penindas yang tak punya belas kasihan dan meyakinkan mereka untuk diperlakukan lebih baik. Hanya dengan bantuan imajinasi mereka mampu mengatasi kesulitan-kesulitan. Bahkan, jika semua perjuangan itu gagal memperbaiki keadaan fisik, setidaknya pikiran mereka dapat mengeluarkan mereka dari kenyataan dunia yang keras menuju dunia spiritual di luarnya.

Ada sebuah contoh yang sangat tepat untuk menjelaskan hal diatas. Viktor Frankl, seorang saksi sejarah pada saat kekejaman era rezim Nazi terjadi. Kehampaan secara fisik, harga diri, kelaparan dan kelemahan dalam kenyataan menghadapi oven dan kamar gas, ia kalahkan semuanya dengan hanya bantuan imajinasi. Pengalaman-pengalamannya kemudian ia tuliskan ke dalam sebuah buku yang "mengerikan" dengan tajuk "Man's Search for Meaning". Sebagian isinya tertulis sebagai berikut : "Seluruh bagian kakiku memar-memar parah karena sepatuku yang rusak. Hampir menangis karena rasa sakit. Aku berjalan dalam barisan panjang "mayat hidup" dari kamp menuju tempat kerja paksa kami. Embusan angin dingin menusuk dan menampar-nampar kami saat aku memikirkan masalah-masalah remeh agar hidup kami yang sengsara tak berakhir disini. Makanan apa yang akan kami dapatkan malam ini ? Apakah akan ada saus tambahan, yang bisa kutukar dengan sepotong roti tambahan ? Aku benci keadaan ini, yang memaksaku merenungkan hal-hal sepele seperti itu, hari demi hari, jam demi jam. Aku memaksa pikiranku mengembara ke tempat lain. Tiba-tiba aku melihat diriku sendiri sedang berdiri di depan podium dalam sebuah ruang kuliah yang indah dengan penerangan yang bagus dan hangat. Seorang pendengar yang penuh perhatian duduk di depanku, di kursi berjok elegan dan nyaman. Aku memberikan kuliah psikologi mengenai kamp-kamp konsentrasi. Semua kenyataan yang kini dengan begitu berat dibebankan padaku menjadi terasa jauh dan obyektif, seperti ilmu pengetahuan. Dengan cara begitu, entah bagaimana aku berhasil mengangkat kepedihan masa lalu. Masalah-masalahku dan diriku sendiri menjadi subyek proyek penelitian ilmiah psikologiku sendiri..!!!

Di luar dugaan ternyata imajinasi Frankl menjadi kenyataan !!!. Viktor Frankl adalah bapak Logoterapi dan salah seorang psikolog paling penting abad ke-21. Sejak dibebaskan dari Auschwitz, ia telah diundang untuk memberikan kuliah mengenai hari-harinya di sana ke lebih dari 138 universitas di seluruh dunia. Pemikiran-pemikiran Frankl yang imajinatif merupakan sumber kekuatannya untuk bertahan hidup. Hanya itu yang membuatnya tetap sadar dan memberinya harapan.

Kesimpulan lain yang kita dapatkan mengenai hubungan antara bangsa Yahudi dengan imajinasi adalah "Orang Yahudi memiliki bakat untuk hidup hanya dengan ide-ide imajinatif semata, seakan-akan ide itulah fakta nyata yang sebenarnya." Selain itu Fritz Lentz, orang Yahudi mampu menyerahkan diri mereka sendiri kepada gagasan-gagasan utopis, lalu dengan itu mereka mampu secara tulus memberikan janji yang meyakinkan kepada orang banyak. Contoh lain dari gagasan utopis orang Yahudi yang pada akhirnya dapat menjadi kenyataan adalah berdirinya Negara Israel. Gagasan mendirikan sebuah Negara bagi orang Yahudi adalah buah dari imajinasi "gila" seorang Theodor Herzel. Imajinasi yang kemudian di "dakwahkan" kepada orang-orang Yahudi yang lain dan pada akhirnya terwujud. Negara yang berada di tengah-tengah dunia Timur yang liar, dikelilingi oleh jutaan orang Arab, wilayah yang tandus, tanpa air dan tanpa sumber daya alam (walaupun kemudian justru ditemukan sumber minyak yang melimpah). Itulah poin persisnya. Fakta terwujudnya Negara Israel, turut mendukung ide bahwa imajinasi lebih kuat dari kenyataan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa "jika kita dapat membayangkan kenyataan yang berbeda, menanggalakan semua logika dan kesempatan, maka bisa jadi kita dapat mewujudkan kenyataan tersebut".

***

Next, mungkin diantara kita ada yang mengkritisi dan bertanya mengenai imajinasi. "Jika kita membayangkan diri kita sukses dan kaya raya seperti Donald Trump, kemudian kita akan menjadi Donald Trump ?". pertanyaan yang bagus.

Jawabannya, tentu kita tidak akan menjadi Donald Trump, tetapi kita mempunyai kesempatan untuk menjadi kaya raya dan sukses seperti halnya Donald Trump. Untuk lebih "mengena" mengenai apa yang sudah dibahas, saya mencoba membawa ANDA ke dalam contoh yang lebih konkret.

Coba ANDA tuliskan 2 hal yang angin anda raih dalam 3-4 tahun ke depan ?.[2] Jangan tanggung-tanggung buatlah 2 hal yang ingin dicapai yang "dirasa" belum yakin kita bisa wujudkan. Contoh, 1) 1 Miliyar di Bank. 2) Menjadi Ph.D dalam bidang pendidikan.

Yupz, kemudian saya ingin bertanya apakah ANDA tahu logika dari system berdasarkan proses membayangkan dan menentukan target-target (yang sengaja) lebih tinggi dari kemampuan kita ?. jika belum, saya beri jawabannya. So, ketika kita menetapkan dalam pikiran mengenai bagaimana caranya menghasilakan uang 1 Miliyar di bank, dalam pikiran ANDA kemungkinan akan muncul suatu imajinasi bahwa menghasilkan uang sebayak 5-10 juta menjadi relative mudah. Pada saat yang sama, ketika ANDA memutuskan ingin memperoleh gelar Ph.D dalam bidang pendidikan, maka ANDA akan menjalani studimu seolah-olah ANDA memang sudah Ph.D. Itu artinya, bahwa bahan-bahan yang ANDA pelajari akan lebih mudah karena ANDA akan menjalaninya dengan jalan pikiran bahwa ANDA sudah memahami semuanya.

The Last, Gagasan dasar dari imajinasi orang Yahudi mengatakan : bayangkan hal yang paling mustahil. Tetapkan sasaran-sasaran yang sangat realistis, kemudian pikirkan secara prakstis mengenai bagaimana kita bisa mencapainya, karena segalanya mungkin tercapai.

Bersambung...

[1] Sistem mistisime Yahudi yang berdasarkan pada tulisan-tulisan ajaran kerabian.

[2] Contohnya ANDA saat ini sebagai mahasiswa S1 dan sekaligus sebagai pedagang bakso keliling.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun