Mohon tunggu...
Anggara Adhari
Anggara Adhari Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

https://www.facebook.com/anggara.adhari.31

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Cara Beragama Islam yang Benar?

26 Juli 2018   06:20 Diperbarui: 26 Juli 2018   08:15 3174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: i-tauhid.blogspot.com

Nabi Muhammad telah terangkan semua hal di dalam agama ini baik perkara yang terkecil sampai perkara yang terbesar. Baik tata cara cebok atau menyingkirkan duri dari jalan sampai perkara jihad dan pengaturan suatu negara. Jadi mustahil jika masih ada perkara yang belum beliau jelaskan di dalam agama ini. Telah berdusta orang yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad belum menunaikan amanah menyampaikan risalah secara sempurna. 

4. Konsekuensi Kesempurnaan Islam

Setelah kita mengetahui kesempurnaan Islam, maka di antara konsekuensinya adalah kita cukup mempelajari agama Islam ini, kemudian mengamalkannya, mendakwahkannya, dan bersabar dalam semua hal di atas. Kita tidak boleh membuatbuat dan menambahkan perkara baru apapun ke dalam agama ini, sebagaimana kita tidak boleh menguranginya sedikit pun.

Nabi Muhammad bersabda, "Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunan kami padanya, maka amalan itu tertolak." [HR. Muslim, no. 1718]

Imam Malik bin Anas rahimahullah (beliau adalah guru dari Imam asy-Syafi'i rahimahullah) berkata, "Barangsiapa membuat perkara baru dalam Islam, dia memandangnya sebagai kebaikan, maka sesungguhnya dia telah menyangka bahwa Nabi Muhammad telah mengkhianati risalah (tugas menyampaikan agama), karena Allah telah berfirman, "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu. (QS. al-Maidah, 5 :3). Oleh karena itu, apa saja yang pada hari itu tidak menjadi agama, pada hari ini pun juga tidak menjadi agama". [Kitab al I'tishm, 2/64, karya Imam AsySytibi]

5. Memahami AlQur'an Dan Hadits Dengan Bimbingan Ulama

Kita tidak dapat serta merta mempelajari Agama Islam ini secara otodidak hanya dengan membaca buku-buku kemudian mengambil kesimpulan tersendiri dan menyimpulkan sepihak. Hal ini dikarenakanan, para ulama Islam dari semenjak generasi awal umat ini telah benar-benar memberi perhatian khusus untuk menjaga Agama Islam sebagaimana mestinya, yakni Agama Islam yang dipahami dan diamalkan oleh Nabi Muhammad dan para shahabatnya di zaman itu. Sehingga keberadaan para ulama tidak bisa dinafikan dalam usaha memahami agama ini dengan benar.

Para Ulama yang pertama kali dijadikan rujukan untuk memahami agama adalah para ulama dari generasi sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in, karena mereka adalah manusia terbaik dari kalangan umat ini. 

Raslullah bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu generasi sahabat), kemudian orang-orang yang mengiringinya (yaitu generasi tabi'in), kemudian orang-orang yang mengiringinya (yaitu generasi tabi'ut tabi'in). [HR. AlBukhari]. Maka dari itu, dalam merujuk agama haruslah jelas silsilah keilmuannya. 

Tidak sembarang orang dapat diambil keilmuan Islamnya karena hanya orang-orang yang diakui kompetensinya dari sisi track record akademisnya atau kepada siapa saja dia berguru. Kesalahan fatal dalam hal ini dapat mengakibatkan siapa saja yang berusaha mempelajari Islam akan mendapatkan informasi yang salah tentang Islam. Akibatnya, radikalisme dan terorisme adalah sebagai salah satu dari sekian bentuk pelanggaran terhadap hal ini.

6. Memahami Jalan Keluar Perselisihan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun