Mohon tunggu...
aku willy
aku willy Mohon Tunggu... -

catatan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dilema Orang Rimba dan Taman Nasional

1 Oktober 2014   21:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:45 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makekal hulu dan tengah adalah wilayah yang paling dipadat oleh populasi Orang Rimba, jika kita lihat secara administratif wilayah ini adalah wilayah pertemuan 3 kabupaten : Tebo, Batang Hari dan Sarolangun.

Kelompok disini sudah lama mengeluh tidak adanya perbaikan jalan yang sudah lama rusak parah, dampaknya tentu saja membuat upah angkut getah karet melonjak tajam dan sirkulasinya menjadi terhambat. Bayangkan, upah angkut untuk satu pikul getah karet disini mencapai 200 ribu rupiah, atau senilai dengan 2000 rupiah perkilogramnya.

Situasi ini sempat beberapa kali mereka sampaikan kepada Bupati untuk ditindaklanjuti namun sampai detik ini tak jua terealisasi karena rute jalan tersebut masuk dalam perluasan taman nasional ditahun 2000. Artinya mau tidak mau, suka tidak suka, Orang Rimba di wilayah ini harus keluarkan upah mahal agar karet mereka sampai ke desa dan bisa terjual, atau memilih alternatif lain yaitu menjual kepada toke besar yang ada diwilayah itu dengan harga yang murah.

Padahal jika dikalkulasi getah karet orang Rimba Makekal ini produksinya bisa mencapai ratusan ton perbulan, dan bisa terus bertambah sejalan dengan produksinya kebun-kebun karet mereka yang baru.

Berikutnya adalah, Tumenggung Maritua dan Tumenggung Nyenong.Dua kelompok ini berasal dari wilayah Terap Bukit 12, Kabupaten Batang Hari yang secara geografis berada diposisi timur utara TNBD. Yang mana wilayah ini juga masuk dalam perluasan TNBD ditahun 2000.

Kelompok ini dalam beberapa tahun terakhir berada di lahan HTI yang berbatasan dengan Kab.Sarolangun. Belum memiliki sumber ekonomi tetap karena belum ada kebun karet atau kebun lainnya yang sudah menghasilkan, pola hidup hampir sama dengan kelompok Tumenggung Ngamal, Ngirang dan Tumenggung Lidah Pembangun, masih mencari hasil hutan non kayu dan berburu untuk kebutuhan konsumsi hingga ekonomi kelompoknya. Masih jarang diakses pemerintah karena karena persoalan jarak dan akses rusak parah, rentan dan mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu khususnya dalam pemanfaatan lahan dan sumberdaya.

14121497032036305564
14121497032036305564

Kemudian ada kelompok Tumenggung Meladang yang tinggal dihulu Kejasung Besar dan hulu sungai Telentam Air Hitam, Kabupaten Sarolangun. Secara administrasi berada disisi selatan TNBD yang berbatasan dengan wilayah pemanfaatan masyarakat desa kecamatan Air Hitam.

Pola hidup kurang lebih sama dengan kelompok Tumenggung Maritua, Ngamal dan Ngirang, yang masih bergantung dari hasil hutan non kayu karena belum memiliki kebun-kebun yang menghasilkan sebagai sumber ekonomi tetapnya, kerap tinggal dikebun-kebun masyarakat desa sekitarnya baik untuk kepentingan berburu dan mencari hasil hutan non kayu.

Kemudian adalah kelompok Tumenggung Jelitai. Kelompok ini berasal dari daerah Kejasung besar Bukit 12 Kab. Batang Hari yang secara geografis berada di wilayah utara TNBD dan masuk perluasan TNBD di tahun 2000.

Seperti yang sudah disampaikan diatas kelompok Jelitai masih kekerabatan dengan kelompok Tumenggung Majid di Air Hitam dan beberapa kelompok Orang Rimba Makekal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun