Di akhir pekan, Mama Vera mengajak Lala pergi ke Pernikahan Tante Nia dengan menaiki sepeda motor.
"Sudah sampai sayang, ayok turun." Ujar Mama Vera, dan Lala langsung mengapit lengan sang mama.
Lala begitu gembira bisa ikut bersama Mamanya pergi ke pernikahan Tante Nia. Di pintu masuk, mereka disambut dengan hangat oleh dua kakak cantik yang rambutnya disanggul.
Lala bertanya, "Mama, kenapa di depan pintu yang dihias itu? Cuma ada dua kakak cantik saja yang wajahnya di make-up, disanggul dan berpakaian bagus. Kenapa kakak yang lainnya tidak begitu?"
"Lala, dua kakak cantik yang menyambut kita barusan, adalah penerima tamu. Jadi, harus cantik, dan terlihat sopan."
"Oh, begitu ya, Ma."
"Iya, dong."
Setelah Mama Vera menandatangani buku tamu, Mama Vera dan Lala mendapatkan kue, kacang telor  diatas piring kecil, juga minuman sirup rasa stowbery.
Lala asyik menikmati makanan ringan itu. Kemudian, pengantin pria dan wanita berjalan menuju kursi pengantin. Jalannya pelan sekali.
"Mama, pengantinnya keluar, itu." Lala menunjuk ke arah kursi pengantin.Â
Suara tip, musiknya terdengar sangat merdu, dan mendayu-dayu. Seperti ini.
Ning, Nang, Ning, Gung.
"Iya, La. Tante Nia terlihat sangat cantik ya."
"Ma, Mama. Kenapa Tante Nia mengenakan baju berwarna hitam? Biasanya 'kan baju pengantin berwarna putih, dan juga menggunakan mahkota seperti peri."
Mama Vera tersenyum memandangi anaknya, sebelum menjawab keingintahuan sang anak.
"Lala, setiap pengantin itu berbeda-beda, memiliki pakaian adat pengantin yang bermacam pilihan. Ada pakaian adat Sunda, pakaian adat Jawa, pakaian adat Bugis, pakaian adat Palembang dan masih banyak lagi. Nah, Tante Nia ini memilih menggunakan pakaian pengantin adat Jawa, Lala." Mama Vera memberi penjelasan tentang pakaian adat pengantin.
Pengantin Adat Jawa, wanita menggunakan kebaya dari kain beludru hitam yang didominasi motif kain kawat emas, serta menggunakan kemben pada bagian dalamnya.
"Oh, gitu ya. Ma. Banyak sekali pakaian adat pengantin," jawab Lala sambil mengunyah kacang telur.
"Ya, sayang. Itu semua warisan budaya kita. Kita harus bangga hidup di Indonesia." Kata Mama Vera.
Setelah itu, menyuruh Lala menunggu sebentar di tempatnya. Mama Vera akan mengambilkan semangkuk bakso untuk Lala. Â
Semakin siang, para tamu yang lain saling berdatangan. Sebelum pulang, Lala dengan lincahnya mengajak Mamanya untuk bisa foto bersama pengantinnya. Tentu saja hal itu Mama Vera lakukan untuk menyenangkan anaknya.
***
Pemalang, 2 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H