"Tenang, Mah. Papah tanggung jawab sama mamah, sama anak kita juga. Jangan kuatir!" Ammar menyakinkan.
Fokusnya kembali membalas pesan. Pekerjaan sebagai Makelar awalnya hanya membantu saudaranya memasarkan kontrakan. Jika ada yang mengontrak, Ammar akan diberi 20% dari hasil tersebut. Dari situ Ammar baru mengerti keahliannya di bidang itu.
Beberapa rumah kontrakan yang Ammar tawarkan nyaris tak pernah gagal. Hari ini tidak laku, esok dan lusa akan cair. Yang sebelumnya Ammar hanya buruh tenunan, Ammar beralih profesi sebagai makelar. Hasilnya pun menjanjikan.Â
Ponselnya berdering, Ammar segera mengangkatnya. Ada yang berminat cek lokasi. Ammar senang bukan main.
Rumah kontrakan yang terletak di Perumahan Asri. Harga sewanya 7 juta per tahun dari pemiliknya. Peminat dan pemiliknya dipertemukan oleh Ammar sebagai penyalur. Mulailah ke pokok pembahasan paling penting.
"Jadi, bagaimana ibu? Kapan rumah ini akan ditempati? Jika cocok bisa DP terlebih dulu, agar nanti tidak ditawarkan ke orang lain." Tegas Ammar.
Pasangan pasutri itu masih menimbang-nimbang, berembuk terlebih dahulu.
"Nanti malam jadi tidaknya saya kabari lagi, Pak. Yang penting ini sudah melihat rumahnya."
"Makasih, Bu. Saya tunggu kabar baiknya nanti malam," jawab Ammar dengan sopan.
Ia pulang tak memperoleh hasil. Sesampai di rumah Darsi bertanya lagi.
"Gimana, Pah? Dapet uang."