Murni baru ditunjuk sebagai wali kelas II SD, di Kota Semarang. Hari pertama masuk kelas, disambut hangat oleh murid-muridnya. Murni memperkenalkan diri, dimulai dengan mengabsen jumlah siswa di dalam kelasnya.
Deretan bangku depan ke belakang berjumlah empat, dari pojok dinding melintas ke arah barat berjumlah 16 bangku. Satu bangku terdiri dua anak. Murni menyadari ada satu bangku yang hanya diisi satu anak saja.Â
"Siapa yang duduk di sebelahmu, Lia?"
"Mia, Bu." Tegas Rinto, ketua kelas di sini.
Murni mencari sepucuk surat di dalam meja. Namun, tidak ditemukannya.Â
"Lia, tahu. Kenapa Mia tidak berangkat?
Lia menggeleng lalu menjawab, "Biasanya sebentar lagi Mia berangkat, Bu."
Murni memandang ke arah jendela, tampak tak ada tanda-tanda keberadaan sosok muridnya. Hanya ada pohon-pohon yang tumbuh di halaman. Kicauan burung-burung, membuat suasana hening menjadi hangat. Kemudian, pelajaran Pendidikan kewarganegaraan (PKn) pun dimulai.
Dengan menjelaskan ke murid-muridnya tentang materi tema 'Hidup Rukun' saling berbagi dan tolong-menolong.Â
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu, Murni menengok ke arah pintu. Seorang anak tengah berdiri di ambang pintu, lalu melangkah pelan menuju meja guru.