Ada siswa di kelas VIII SMP Binaraja, dijuluki 'Si Bau Kecut' bernama Lisna. Bermula ketika pelajaran olahraga, gadis berbadan gempal itu ikut memutari lapangan sekolah.
Ketika istirahat pakaian yang ia kenakan tampak sangat basah di bagian ketiaknya. Salah satu temannya yang duduk di sebelahnya mencium aroma busuk. Sontak Irma langsung berujar, "Ih, badan Lisna bau kecut."
Teman yang lain saling memandang Lisna, mendengar Irma teman di sebelahnya itu mengejek bau badannya. Ia tak kuasa menahan malu, dan menutupinya dengan segurat senyum.
Lisna berpindah ke lain tempat, lebih tepatnya dia buru-buru ke kamar mandi. Usai pelajaran olahraga, di dalam kelas teman-temannya masih saja mengejek.Â
"Si bau kecut sudah masuk, tuh!" kata Irma.
Semua teman perempuan yang ada di dalam kelas menutup hidung masing-masing. Beruntung kedatangan ibu guru membuat kelas yang semula berisik, kini menjadi hening.
....
Sebulan terlewat dengan bully-an.Â
Hari ini ada perubahan, saat Lisna baru saja tiba ada yang menyapanya. Teman dekatnya dulu, dia Wina yang duduk di bangku paling depan, di sebelah timur.Â
"Pagi Kecut, sudah pakai deodoran belum?" Wina tertawa.
"Panggil aku, Lisna. Win. Aku tidak suka dipanggil itu."
Di kelasnya, cuma ada mereka berdua. Wina hanya bercanda. Sebenarnya, dia ingin membantu. Dan, baru ada kesempatan hari ini. Mereka bisa bercengkrama hanya empat mata saja.
"Makanya, Lis. Pakai ini, nih." Wina memberi deodorant-nya untuk Lisna gunakan.
"Ini buatku?"
"Iya, Lis. Biar nggak kecut ketek-mu itu. Buruan pakai mumpung belum ada teman yang lain."
"Makasih ya, Win."
Selesai menggunakan deodorant, lekas Lisna menyimpannya ke dalam tas. Kemudian, ada yang masuk kelas.Â
"Win, kok kamu mau sih dekat-dekat sama si bau kecut. Emang nggak kecium yah baunya?" Ujar Rini.
Wina menjawab, "Aku malah cium bau wangi semerbak di sini. Mana ada si bau kecut, adanya si wangi. Udah Lis, kamu duduk sama aku saja."
Lisna menunduk sambil tersenyum karena Wina membelanya. Datang Irma memberi isyarat melalui mata kepada Rini, lalu melirik sinis ke arah Lisna.
"Win-win, hidungmu perlu diperiksa lagi." Kata Irma.
"Tunggu siang nanti, Ir. Lihat saja Lisna bukan lagi si bau kecut. Kalian salah jika menyebutnya seperti itu."
Bel berbunyi nyaring, ibu guru baru saja keluar kelas. Teman yang lain, satu persatu keluar menuju kantin. Irma, Rini, Wina dan Lisna masih saja di dalam kelas.
"Lis, coba tunjukkan ke mereka baju di ketiakmu sudah tidak basah lagi."
Lisna dengan polosnya mengikuti saran Wina. Mengangkat kedua tangannya, menyerah. Irma dan Rini terkekeh. Lalu, menutup hidung. Akan tetapi, wajahnya tampak serius, dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Iya, Ir. si kecut baunya sudah wangi." Semerbak bunga lavender tercium di hidung Rini.
"Gimana Ir, Rin? Aku sudah wangi 'kan."
Irma memasang muka cemberut. Lisna bahagia berkat Wina, julukan si kecut akan ditampik oleh mereka.
Wina menarik lengan Lisna, merangkulnya lalu meninggalkan mereka.Â
"Nah, Lis. Mulai sekarang kamu jangan sampai lupa pakai itu terus biar nggak ada lagi si bau kecut."
"Siap, Win. Aku pasti bakal pakai deodoran dari kamu terus."
Wina mengacungkan jempol.
Deodorant merk 'R' dengan aroma lavender sudah sangat membantu. Hari-hari berikutnya, Lisna tetap dipanggil Lisna, bukan julukan lain.Â
Dari sini Lisna mulai belajar menjaga bau badan. Agar di manapun tempatnya ia bisa diterima oleh semua orang. Teman, dan sahabat dekatnya tidak ada yang menghindar, karena masalah bau badannya itu.Â
Sekarang Lisna sudah tampil lebih percaya diri, dan semangat berangkat sekolah setiap hari.
***
Pemalang, 24 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H