"Panggil aku, Lisna. Win. Aku tidak suka dipanggil itu."
Di kelasnya, cuma ada mereka berdua. Wina hanya bercanda. Sebenarnya, dia ingin membantu. Dan, baru ada kesempatan hari ini. Mereka bisa bercengkrama hanya empat mata saja.
"Makanya, Lis. Pakai ini, nih." Wina memberi deodorant-nya untuk Lisna gunakan.
"Ini buatku?"
"Iya, Lis. Biar nggak kecut ketek-mu itu. Buruan pakai mumpung belum ada teman yang lain."
"Makasih ya, Win."
Selesai menggunakan deodorant, lekas Lisna menyimpannya ke dalam tas. Kemudian, ada yang masuk kelas.Â
"Win, kok kamu mau sih dekat-dekat sama si bau kecut. Emang nggak kecium yah baunya?" Ujar Rini.
Wina menjawab, "Aku malah cium bau wangi semerbak di sini. Mana ada si bau kecut, adanya si wangi. Udah Lis, kamu duduk sama aku saja."
Lisna menunduk sambil tersenyum karena Wina membelanya. Datang Irma memberi isyarat melalui mata kepada Rini, lalu melirik sinis ke arah Lisna.
"Win-win, hidungmu perlu diperiksa lagi." Kata Irma.