Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pengantar Buku

10 November 2022   02:11 Diperbarui: 10 November 2022   02:28 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rian diberi tugas dari Bosnya untuk menarik buku LKS ke SMP Negeri 5 Purwokerto. Pakaian yang dikenakan Rian, baju batik, celana bahan berwarna hitam. Membuatnya tampak rapi seperti guru-guru yang ada di tempat itu.

Dengan tas selempang cokelat yang biasa digunakan penagih utang. Tas itu berguna sekali untuk menaruh ponselnya, Nota dan dompet. Dia kadang pelupa.

Setiapkali berjalan di koridor sekolah, semua guru menyapanya. Ini kali kedua Rian datang kemari. Yang pertama datang bersama bosnya dengan menaiki mobil.

Baca juga: Cerpen: Pintu

Berjalan menuju ke ruang Koperasi, tumpukan buku LKS terjejer di sudut dinding. 

"Ada yang bisa saya bantu, Pak."

Bu Muji selaku pekerja di Koperasi sekolah melayani kedatangan Rian dengan ramah.

"Sisa buku yang belum terjual, apa sudah berada di sini semua, Bu?"

"Ya, Pak. Kalau perlu itu semua bisa dicek ulang sesuai nota."

Satu per satu buku LKS dihitung jumlah sisa buku yang masih terjejer di tempatnya. Setiap tumpukan dengan jumlah seratus akan diikat dengan tali rafia. Agar lebih mudah hitungannya. Rian begitu teliti dalam bekerja. 

Sementara jarum jam terus berjalan, cepat sekali tiba-tiba suara azan zhuhur bergema di Masjid terdekat. Rian menghentikan aktivitas pekerjaan itu. Menunaikan salat zhuhur dan makan siang di kantin.

Usai makan dia kembali bergumul dalam pekerjaannya lagi. Tujuh ratus tumpukan buku dia hitung sendiri. Lelah, selesai dipukul setengah empat sore. 

Sekembalinya di rumah, Rian mengirim pesan untuk mengabarkan kepada bosnya. Pekerjaan yang dia lakukan mendapatkan hasil berupa uang seratus ribu dalam sehari. Terhitung dari upahnya tujuh puluh lima ribu, biaya bensin dan makan. 

Hasil yang dia peroleh diberikan kepada istrinya, dibelanjakan untuk beli popok, beli lauk nanti malam. 

Sebulan terlewati pekerjaan Rian hari ini akan menarik buku di Sekolah Negeri 6 Banyumas. Motor matic yang ingin dia gunakan ternyata dipakai untuk mengantarkan ayahnya. Terpaksa dia harus menggunakan motornya sendiri. Motor butut keluaran tahun 2004, lampu depannya mati karena setruman akinya pun tidak menyala. 

Rian mengenakan pakaian biasa, celana Levis biru dan baju yang dirangkap switer hitam.

Sesampainya di sekolah, Rian dihentikan oleh scurity.

"Maaf, Bapak ini siapa? Ke sini ada kepentingan apa?" Sikap securty yang bulan lalu semula ramah dan hormat, kini berubah lebih sangar dengan tatapan merendahkan.

"Loh, bapak kan pernah bertemu saya. Saya petugas yang mengantarkan buku LKS." Awal ke sini Rian bersama bosnya menaiki mobil, dan menggunakan baju batik seperti seorang guru.

Rupanya perubahan penampilan yang semula rapi menjadi biasa. Akibatnya, akan diremehkan sebelah mata oleh orang lain yang Rian temui di sekolah ini. 

Setelah Rian menjelaskan siapa dirinya. Scurity itu mempersilahkan masuk. Rian berjalan di koridor sekolah menuju ruang koperasi. Tatapan guru-guru kepadanya sangat tajam dan menyeledik.

Rian dihentikan oleh kepala sekolah, "Anda siapa? Ada perlu apa datang kemari?"

"Saya Rian, Pak. Pengantar buku LKS, saya kemari ingin menarik sisa buku bulan kemarin."

"Oh, jadi, petugas dari Pak Widodo."

"Benar, Pak." Rian tersenyum.

Rian pun diantarkan ke ruangan yang dituju. Kepala sekolah memerintahkan guru lain untuk mengumpulkan sisa buku yang akan dicek ulang oleh Rian. 

Tidak ada lagi tatapan menghujani pertanyaan kepada Rian. Kembali normal, lebih disegani kedatangannya. Meskipun harus menjelaskan berulangkali tujuannya datang kemari. Jika tidak semua guru akan menatap asing. Bagi Rian itu membuatnya merasa tidak nyaman.

***

Pemalang, 10 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun