Rian diberi tugas dari Bosnya untuk menarik buku LKS ke SMP Negeri 5 Purwokerto. Pakaian yang dikenakan Rian, baju batik, celana bahan berwarna hitam. Membuatnya tampak rapi seperti guru-guru yang ada di tempat itu.
Dengan tas selempang cokelat yang biasa digunakan penagih utang. Tas itu berguna sekali untuk menaruh ponselnya, Nota dan dompet. Dia kadang pelupa.
Setiapkali berjalan di koridor sekolah, semua guru menyapanya. Ini kali kedua Rian datang kemari. Yang pertama datang bersama bosnya dengan menaiki mobil.
Berjalan menuju ke ruang Koperasi, tumpukan buku LKS terjejer di sudut dinding.Â
"Ada yang bisa saya bantu, Pak."
Bu Muji selaku pekerja di Koperasi sekolah melayani kedatangan Rian dengan ramah.
"Sisa buku yang belum terjual, apa sudah berada di sini semua, Bu?"
"Ya, Pak. Kalau perlu itu semua bisa dicek ulang sesuai nota."
Satu per satu buku LKS dihitung jumlah sisa buku yang masih terjejer di tempatnya. Setiap tumpukan dengan jumlah seratus akan diikat dengan tali rafia. Agar lebih mudah hitungannya. Rian begitu teliti dalam bekerja.Â
Sementara jarum jam terus berjalan, cepat sekali tiba-tiba suara azan zhuhur bergema di Masjid terdekat. Rian menghentikan aktivitas pekerjaan itu. Menunaikan salat zhuhur dan makan siang di kantin.
Usai makan dia kembali bergumul dalam pekerjaannya lagi. Tujuh ratus tumpukan buku dia hitung sendiri. Lelah, selesai dipukul setengah empat sore.Â