Senja ini bersama angin menari, menyisakan gundah ketika menyapa ujung rambutnya yang terurai.
Suketi menatap langit kuning keemasan lalu beralih ke jari mungilnya, lihai menyentuh layar ponsel. Â Dia tersenyum membuka pesan.
Langkah Feri tergesa-gesa mendekat ke arahnya.
"Kenapa, Fer?"
Suketi mengamati gerak-gerik Feri yang mencurigakan. Ketika tangan kanannya merogoh secarik kertas dalam saku celana dengan sikap arogan memberikan itu padanya.
"Ambil ini. Kamu butuh teman curhat 'kan. Kamu bisa curhat sama temanku, Baja. Dia itu pendengar yang baik juga setia. Jika kamu tidak ingin dituduh seorang pelakor. Berhentilah menghubungi Rasit." Ujar Feri.
"Maksud kamu apa, Fer? Seenaknya bilang begitu," Jawab Keti ketus.
"Rasit sudah punya pacar, Ket!" Nada suara Feri makin meninggi.
"Tapi, aku sama dia cuma teman."
Feri membuang muka.
"Terserah! Aku sudah kasih tahu ke kamu yang sebenarnya. Ini baik untuk kamu. Jangan sampai menyesal di kemudian hari!"