"Haha..., makanya jangan telat masuk! udah gitu ngelamun di kelas lagi. Namanya Pak Dika, Ti."
"Ohh..."
Nama guru idolanya sangat keren pikirnya lagi dari dalam hati.
**
Seragam putih abu-abu yang ia kenakan membuat Suketi lebih percaya diri. Lalu menatap cermin yang sudah retak. Ini adalah cermin yang dia miliki dari kepunyaan sang ibu waktu muda. Keti tak mampu membeli bedak yang baru yang ada cermin-nya. Jadi untuk sementara waktu dia pakai ini saja.
Keti sendiri memang tak suka memakai bedak hanya saja gadis remaja itu ingin seperti teman-teman perempuannya yang suka dandan. Sebenarnya tanpa bedak pun wajah Suketi masih terlihat cantik dan alami. Demi mencari perhatian guru idolanya. Dia wajib tampil beda.
Untung saja temannya tak ada yang memperhatikan dengan perubahannya sekarang. Kalau iya mereka akan menertawakannya.
Cara Suketi mengagumi Pak Guru membuatnya menjadi bertanya-tanya. Apakah ini yang disebut dengan mengagumi? Atau hanya bumbu semangatnya saja agar rajin belajar.
Entahlah, yang jelas Keti selalu senang jika bertemu dengan guru idolanya. Guru fisika yang sering dipanggil Pak Dika oleh semua murid di Sekolahnya.
Semenjak Pak Dika lebih memperhatikan Suketi karena nilai ulangannya selalu tinggi. Keti lebih bersemangat pergi ke sekolah. Keti jadi sering berangkat pagi-pagi sekali. Sampai membuka gerbang yang tertutup, menyapa tukang kebun yang sedang menyapu halaman. Dalam keadaan sekolah sepi. Kira-kira belum ada jam setengah 7, Keti sudah datang lebih dulu.
Saat sampai di depan kelas, "Lah kok belum ada yang datang."Â