Mohon tunggu...
Aksara Sulastri
Aksara Sulastri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance Writer Cerpenis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lewat aksara kutuliskan segenggam mimpi dalam doa untuk menggapai tangan-Mu, Tuhan. Aksarasulastri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel: Love Story Of Dreaming Part 7

24 Juni 2022   12:09 Diperbarui: 24 Juni 2022   12:24 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keti juga tahu rasanya perut kelaparan. Gara-gara ingin makan Keti sempat mengira kotoran Burung Dara bagaikan pilus Garuda. Berbentuk bulat. Terasa aneh di lidah sangat pahit, lembek bukan renyah.  Untungnya belum sempat tertelan. Kalau tertelan akibatnya bisa masuk rumah sakit.

Sang Ibu sebenarnya sangat peduli dengan pendidikan sang anak. Terbukti jika rongsokannya terdapat buku bacaan, seperti komik bergambar dan cerita dongeng. Pasti akan diberikan kepada mereka. Kemudian Keti akan membersihkan buku itu dan membacanya di waktu luang. 

Keti mempunyai hobi membaca sejak bertemu dengan Mia. Anak Bu Darmi yang tinggal di sebelah rumahnya. Mia adalah sahabat bermainnya. Dia suka bercerita pengalamannya di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di sekolah akan ada kegiatan olahraga basket. Perpustakaan lengkap fasilitasnya.

 Mia suka meminjamkan buku cerita bergambar kepadanya. Dan, Keti akan meminjamkan buku bacaan lain untuk Mia. Mereka kadang pergi ke Perpustakaan umum di pusat kota. 

Karena terlambat pulang orang tua Mia justru menyalahkan Keti dan melarangnya untuk bermain dengan Mia lagi. Keti tampak kecewa dia memilih mengurung diri di dalam kamar.

Ibunya tidak bertanya-tanya apa-apa. Hanya memeluk erat. Menunggu Keti berhenti menangis. 

Kemudian bertanya, "Nduk, kenapa menangis?" 

Keti menceritakan semua kejadian itu kepada sang Ibu. Ia tampak terpukul tak mempunyai teman selain Ibunya. Selain buku-buku bekas juga pendidikan Suketi sangat minim. 

Terkadang perasaannya campur aduk, bagaimana caranya melanjutkan sekolah? Melihat anak-anak yang setiap pagi memakai seragam dan menggendong tas. Ia sangat penasaran bagaimana rasanya kalau berada di sekolah. 

Karena rasa penasaran itu, Keti pergi ke sekolah Mia. Mengikutinya dari belakang, mengintip dari balik pagar. Mia sedang duduk bersama teman-temannya di bangku kayu menghadap ke papan tulis. Ada Bu Guru cantik yang mengajarkan cara berpidato bahasa jawa. Keti berniat masuk, menerobos gerbang namun diusir oleh penjaga gerbang. Keti cuma bisa menangis kembali mengadukan kepada sang Ibu. Tekad untuk bersekolah betul-betul di luar akal.

Malam pun tiba di tengah sepertiga malam Keti terbangun dari lelapnya. Mendengar suara tangis sang ibu, rupanya sedang sujud di atas sajadah. Memohon kepada Allah agar dilebihkan pendapatannya untuk menyekolahkan Keti. Mendengar doa sang Ibu, diam-diam Keti turut bersedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun