Ibunya menoleh ke arah mereka Kira memarkirkan sepedanya di pinggir jalan. Anak kecil turun dari boncengan. Berlari menuju wanita keriput yang mengusap keringatnya.
"Keti, Kira mengapa kemari?"Â
Lalu Ibunya melepaskan selendang motif bunga warna biru yang sudah pudar. Tenong berisi lontong sayur, gorengan dan jajanan pasar diletakkan di bawah. Tangannya meraih keranjang berisi makanan ringan. Itu sudah beralih ke tangan merekaÂ
Rasanya renyah dan gurih. Sang Ibu memaksa anaknya pulang, beliau khawatir kedua anaknya demam. Keti merajuk ingin membantu Ibunya berjualan. Ibunya menolak dengan kalimat halus menyuruh mereka segera pulang dan jangan lupa sembahyang.
"Kira antar adikmu pulang. Ibu mau keliling lagi."Â
 Kira menggandeng tangan adiknya. Awalnya Keti menolak tetapi, ketika Ibu sudah membungkus lontong gorengan ke dalam plastik hitam. Yang kini sudah dibawa Kira. Keti akhirnya mau duduk di atas boncengannya.Â
"Biar Keti yang bawa, Kak."
Bungkusan plastik berisi lontong gorengan berada di tangan Keti. Anak kecil itu mengintip isi plastik. Rasanya ingin segera makan sekarang juga tetapi ia teringat nasihat Ibunya. Anak baik jangan serakah! Berbagi makanan meskipun sedikit.Â
Keti menatap punggung sang Ibu yang sedang membereskan lagi dagangannya. Memanggul tenong itu dengan selendang biru, keliling lagi menjemput rezeki.Â
Langkah Ibunya pelan. Kucuran keringat di pelipis diusapnya berulang-ulang seakan keringat itu tak pernah habis. Keti meraih satu gorengan. Saat ibunya sudah jauh dari pandangan.Â
Keti berdoa dalam hati, 'Ya, Allah. Keti mohon semoga dagangan ibu laris manis.'