"Nana, sudah hafal huruf Hijaiyah yang waktu itu Umi ajarkan, apa belum?" Tanya Umi Kulsum.
"Nana baru hafal surat alfatihah tanpa melihat huruf Hijaiyahnya, tetapi kalau disuruh melihat satu-satu Nana bingung, Mi."
Umi Kulsum menatap lamat-lamat lalu terlintas sesuatu dipikirannya, "kalau begitu nanti malam setelah salat tarawih jangan langsung tidur."
"Memangnya mau apa, Mi?"
"Kita tadarusan bersama Abi dan Kakak Najwa."
"Tadarusan itu apa, Mi?"
"Tadarusan itu belajar membaca al quran bersama, nanti kalau salah dibenerin sama Umi atau Abi. Lebih mudahnya Nana menirukan bacaan Abi. bagaimana, mau?"
"Oke, Umi."
Umi Kulsum mengakhiri pembicaraan lalu bersiap menuju dapur. Mengambil bahan sayuran mentah di kulkas untuk dimasak. Nana duduk di ruang tengah sambil menunggu berbuka, dia menonton televisi.
Najwa keluar dari kamarnya dan beranjak menuju ke tempat sang adik.
Mereka saling berebut remot televisi, seperti yang sudah-sudah Nana akan mengalah dengan Kakak Najwa. Nana menghampiri Umi Kulsum. Duduk di meja makan.