Awal mula begitu senang, masuk bermain-main bersama temannya. Ini lain, Idham menebak ada sesuatu yang sedang disembunyikan. Bisa saja hantu penunggu rumah ini menampakkan diri.
"Bagaimana Bu? Jadi, kontrak di sini. Kalau jadi, lebih baik DP dahulu. Sebelum yang punya kontrakan berubah pikiran, naik lagi seperti semula menjadi 10 jutaan. Kalau ini kan cuma 7 jutaan setahunnya."
"Jadi, emas. Pasti jadi, nanti malam saya izin ke Suami. Paling besok DP nya. Nanti malam saya hubungi lagi sama emas Idham."
Bu Rani berpamitan, anaknya terus menarik paksa ke luar pintu gerbang. Bahkan wajahnya tidak berani melihat lagi ke arah pagar rumah kontrakan.
Idham membatin, 'semoga cair.' dia tak memikirkan urusan mereka yang akan tinggal berdua saja.Â
Malam telah larut, Idham tengah berbaring di atas ranjang sambil menatap layar ponsel.Â
Pesan dari Bu Rani masuk.
Bu Rani [maaf, emas Idham. Anak saya tiba-tiba saja menolak. Sepertinya saya tidak jadi ngontrak di situ.]
Idham menarik napas panjang lalu jemarinya membalas pesan dari Bu Rani.
[Ya, Bu. terima kasih.]
Sudah yang kesekian kali, setiap orang yang akan mengontrak selalu berubah pikiran. Idham mendatangi Bude Ratih, pemilik rumah kontrakan.