Vera menggigit ujung bibir berpikir sejenak jika dirinya bertukar posisi.
"Ya, emas. Bantu saja," begitu ucapnya sembari tersenyum.Â
Leo mendorong dengan kaki kiri, motor orang itu. Terlalu berat, mereka berniat mencari bengkel yang masih buka di tengah malam.
Setelah menempuh beberapa kilometer, bengkel di tepi jalan baru kelihatan.
Jam tangan wanita berparas manis, jarum pendek sudah diangka sebelas, jarum panjang melewati angka dua belas. Sebentar lagi, Vera sudah tak sabar akan ada nyala warna-warni di langit malam.Â
"Terima kasih, emas, Mbak." Tutur pria tinggi bermata sipit sambil menyodorkan lembaran kertas berwarna biru.
Leo menolak, Vera melirik lalu meraih dan menyimpan lembaran kertas biru itu ke dalam dompet kulit.
"Sama-sama, mari Pak, Bu. Kami pamit," ujar Vera.
Leo tak suka dengan kelakuan pacarnya, di parkiran diungkapkan.
"Lain kali jangan begitu, Dek."
"Loh, mengapa emas? Orang bukan aku yang minta. Masa rezeki ditolak."