“Wa’allaikum salam. Maafkan saya Raden jika membuat takut semua yang ada disini. Perkenalkan saya Ratna raden, saya mau pulang ke rumah ini Raden. Kalau boleh saya akan cerita kepada raden tentang siapa saya dan maksud saya.” Jawab arwah yang bernama Ratna sambil sujud ke arah Raka.
“Baik. Kalau Mbak Ratna ingin bercerita dan menyampaikan sesuatu, silahkan Mbak Ratna!” Jawab Raka sambil memgambil air putih, dan menyiramkan isinnya sedikit demi sedikit ke seluruh ruangan,
“Terimakasih Raden. Jadi awal mulanya seperti ini Raden.” Ratna si arwah penasaran ini mulai bercerita kepada Raka.
“Ratna seorang gadis berumur 18 tahun saat masa hidupnya, meninggal bunuh diri pada tahun 1974 dengan menabrakan diri di perlintasan kereta apik daerah Bok Gluduk kawasan utara Stasiun Kota Malang. Saat itu Ratna mengalami depresi berat karena putus cinta di tinggal menikah oleh tunangannya. Ratna tinggal bersama kedua orang tuanya di daerah Bareng Raya, masih ada hubungan darah dengan keluarga dari ibu Edwin. Jasad Ratna hancur karena terlindas kereta api uap saat itu, dan di kuburkan dekat tempat tinggalnya yaitu pemakaman umum Bareng.
Karena arwahnya penasaran sering menampakkan diri di sekitar Bareng, dan pada akhirnya kakek Edwin menasehati agar tidak mengganggu warga di sekitar Bareng. Ratna menurut saran dari kakek Edwin yang masih ada hubungan keluarga, di bawah pengawasan kakek Edwin Ratna tinggal di rumah itu. Karena rasa dendam kepada tunangannya Ratna sering menampakan diri di sekitar Bok Gluduk dan kadang menampakkan diri sekitar Bareng Kartini.”
“Begitulah kisah semasa hidup saya, Raden! Jadi saya berharap jika semua arwah di sini pindah mengikuti Raden, saya pun harus ikut menempati rumah baru yang di sediakan!” Ratna menjelaskan lebih lanjut, dan memohon untuk ikut pindah dengan arwah lain mengikuti Raka.
“Baik, Mbak Ratna. Kalau mempunyai ke inginan seperti itu akan saya penuhi, dengan syarat Mbak Ratna harus menurut semua aturan yang ada di tempat baru itu. Di sana ada Ki Demang yang akan mengawasi dan bertanggung jawab semuanya!” Jawab Raka menjelaskan.
Mbak Ratna menampakan perwujudannya sosok perempuan yang bergaun putih penuh darah, dan wajahnya yang hancur menyeramkan selalu tercium aroma bunga kamboja bercampur aroma anyir darah. Semua orang di daerah Bareng paham dan tidak asing dengan sosok perempuan yang mengerikan ini, kadang penampakannya yang membuat heboh warga di kampung sekitar Bareng Kartini.
“Baik Raden. Terimakasih, mohon maaf jika saya mengganggu semuanya dan sahabat Raden yang salah satunya masih saudara saya. Ratna mohon pamit Raden!” Ratna berpamitan dan meminta maaf kepada Raka.
Bayangan itu berkelebat bersama hembusan angin dan aroma bunga kamboja bercampur anyir darah tercium oleh mereka berenam yang ada di ruangan itu. Kelima sahabat Raka menampakan wajah ketakutan dan sekujur tubuh mereka merinding dengan perginya arwah penasaran yang bernama Mbak Ratna. Raka membuka matanya dan bergeser pindah duduk ke bawah di kasur yang ada di ruang tengah rumah itu.
“Bagaimana bro, amankan sekarang!” Edwin bertanya sambil bergeser mendekat ke Raka.