Mohon tunggu...
Rudy Santoso
Rudy Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Memoaris, Influencer, Property Advisor.

Rudy Akasara_Nusa Kota Malang - 1974_writer Penulis - memoaris - influencer - property advisor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aroma Melati di Rumah Cempaka #7

6 Januari 2023   20:59 Diperbarui: 7 Januari 2023   20:37 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*** Pengabdian dan Kesetiaan Arwah Penasaran.

Raka keluar dari kamar tidur tempat penyimpanan barang pusaka dan keramat peninggalan Kakek Edwin, setelah berdialog selama 1 jam dengan Ki Demang di alam mereka. Raka duduk terdiam di kursi ruang tengah sementara aroma melati, kamboja dan kemenyan sangat tajam di dalam ruangan belum lagi hilang. 

Dalam pandangan batin Raka melihat Mbak Asih dan para arwah yang menumpang di rumah ini menunggunya. Sementara teman-teman duduk bergeser mendekati kursi Raka, mereka bergerombol di depan Raka duduk dan tidak satupun dari mereka yang berani bersuara atau bertanya. Mereka tahu kesadaran Raka belum kembali sepenuhnya, fokus di antara dua alam yaitu alam nyata dan dimensi lain.

“Bro, masih ada rokok kretekmu? Tolong nyalakan sebatang dan taruh di asbak itu, bro!” perintah Raka kepada Edwin.

“Ok siap Bro, masih ada.” Jawab Edwin segera menyalakan sebatang rokok sesuai intruksi Raka.

“Bro, kalian santai jangan tegang, khawatir atau takut, semua sudah aku kondisikan. Ayo, minum kopi sambil nikmati rokokmu!” Raka memberi saran ke lima sahabatnya, karena wajah mereka memancarkan raut muka yang tegang dan ketakutan.

“Baik Raka. Kita ini sangat ketakutan dan kawatir, suara-suara yang kami dengar, bayangan berkelebat, aroma wangi bercampur aroma menyan, dan bau anyir darah yang tercium membuat kita tegang.” Jawab Novian sedikit lega karena melihat Raka sudah keluar dari dalam kamar itu.

“Iya bro. Jangan kawatir lagi sekarang kita santai seperti biasa. Sementara aku selesaikan berdialog dengan mereka, kalian tenang jangan bersuara dan sabar 15 menit lagi semua selesai.” Raka menambahkan, kemudian berdiri keluar menuju teras rumah.

Raka duduk bersila di teras menghadap arah dalam rumah, beberapa saat berdiam diri sambil menyedot sebatang rokok kretek di tangannya. Raka menfokuskan diri dalam satu titik keheningan, dari sisi pandang mata batinnya beberapa sosok arwah berada di sekitar rumah. Mbak Asih berada di sebelah dapur, dan beberapa arwah gentayangan yang lain berada di sekitar rumah belakang. Mereka di ijinkan tinggal di dapur, kamar mandi dan sumur. Rumah utama di tempati oleh para punggawa yang mempunyai tugas menjaga pusaka peninggalan kakek Edwin.

“Assalamu allaikum wr,wb. Raden!” Mbak Asih tiba-tiba sudan berada tepan di depan menyapa Raka.

“Wa alaikum salam wr.wb. Siapa yang datang bersama mbak Asih dan apa keinginan mereka ingin bertemu?” Raka bertanya kepada Mbak Asih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun