“Iya Raden. Mbak Asih bersama penghuni lama, mereka membutuhkan tempat tinggal seperti saya. Mereka menunggu apakah masih di ijinkan tinggal atau harus pindah ke tempat lain, Raden.” Mbak Asih menjawab pertanyaan Raka.
“Iya Mbak Asih. Raka sudah sampaikan kepada Ki Demang dan para punggawa. Kemungkinan Mbak Asih akan tinggal di tempat baru, tempat khusus yang di sediakan oleh Ki Demang untuk arwah yang penasaran.” Raka menambahkan dan menyampaikan ke Mbak Asih tentang tempat tinggal baru buat mereka. Tempat tinggal khusus bagi arwah yang tidak sempurna dan tidak mempunyai tempat tinggal, di bawah pengawasan Ki Demang dan para punggawa yang menjaganya,
“Terimakasih, Raden telah berusaha untuk kami para arwah yang penasaran. Sebenarnya dalam kesepakatan kemaren, kami siap mengabdi dan mengikuti kemanapun raden pergi. Kami akan tetap setia dan akan tinggal di sekitar Raden berada, sebagai rasa terimakasih atas kebaikan Raden ” Jawab Mbak Asih dan menyampaikan apa yang menjadi kesepakatan para arwah kepada Raka.
“Iya saya paham, Mbak Asih! Tetapi kondisinya berbeda saat ini, mereka telah menyediakan tempat khusus untuk kalian. Kalau di Madiun sangat susah mencari tempat tinggal untuk kalian semua, karena masing-masing daerah tidak semua bisa menerima arwah penasaran untuk tinggal di lingkungan mereka!” Jawab Raka dan menjelaskan alasan mereka harus tinggal di sini.
“Iya Raden. Kalau begitu kita sendiko dawuh ikuti perintah Raden saja, walaupu kita berat untuk tinggal di sini kami tidak bisa membalas budi mengikuti Raden lagi!” Mbak Asih menambahkan dan menyampaikan keberatan para arwah penasaran untuk tetap setia mengikuti Raka.
“Baik Mbak Asih. Sementara itu yang Raka sampaikan dan demi kebaikan kalian para arwah di sini. Karena menurut Ki Demang rumah ini akan hilang di masa depan, jadi solusi tempat tinggal baru sudah di siapkan jika mau menuruti perintah mereka!” Raka memberi penjelasan lagi.
“Iya Raden. Saya mohon pamit dulu dan akan saya sampaikan kepada mereka yang sedang menunggu. Wassalamuallaikum wr.wb.” Jawab Mbak Asih berpamitan untuk segera pergi menyampaikan kepada para arwah penasaran yang setia menunggu.
“Baik Mbak Asih. Wallaikumsallam wr, wb!” Jawab Raka, sesaat angin berhembus setelah Mbak Asih pergi dan meninggalkan aroma bunga melati yang sangat tajam.
Raka berdiam diri di teras sambil menghabiskan rokok kreteknya, kemudian melangkah membuka pintu dan masuk ke ruang tamu. Sementara ke lima sahabatnya yang tetap menunggu dengan setia di ruang tengah, sambil menikmati kopi dan gorengan yang mereka beli dari pasar sore tadi. Edwin dan Novian duduk di kursi ruang tengah sambil menikmati rokoknya. Sedangkan Bagus, Heru, dan Agung berbaring di kasur yang mereka gelar di ruang tengah. Melihat Raka masuk ke dalam rumah dan duduk di kursi ruang tamu, Edwin bergeser duduk mendekati Raka.
“Bagaimana bro, sudah selesai semuanya? Tidak ada yang perlu di temuin lagi, atau ada yang perlu kita bahas bro?” Edwin mulai bertanya ke Raka.
“Sudah, beres! Dan tidak ada yang perlu kita bahas malam ini, biar kalian lebih tenang tidur dan lebih baik besok saja aku cerita." Jawab Raka sambil minum kopi dan makan gorengan.