Mohon tunggu...
Rudy Santoso
Rudy Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Memoaris, Influencer, Property Advisor.

Rudy Akasara_Nusa Kota Malang - 1974_writer Penulis - memoaris - influencer - property advisor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aroma Melati di Rumah Cempaka #3

5 Desember 2022   02:13 Diperbarui: 25 Desember 2022   21:10 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*** Arwah cewek cantik & Gerbong Kereta Matarjamaja.      

         

Setelah peristiwa yang sempat membuat heboh di sekitar rumah duka kerabat Ayah Edwin, arwah penasaran yang bernama Mbak Asih sering muncul berada di ujung jalan pertigaan dekat dengan rumah Edwin. Warga di sekitar pertigaan itu sering mencium aroma bunga melati dari pohon beringin yang berada di halaman rumah salah satu warga. Pernah  salah seorang warga yang sedang melintas di jalan ini, melihat penampakan sosok wanita cantik berambut panjang memakai gaun putih,siapa lagi kalau bukan Mbak Asih.

Untuk warga yang tinggal di dekat pertigaan dekat rumah Edwin, jarang sekali di temui penampakan sosok wanita cantik bergaun putih itu. Mbak Asih tidak akan pernah mengganggu keluarga mereka dan warga yang tinggal di sekitar lingkungan yang kenal dengan Raka. Apa yang di ceritakan oleh Raka memang terbukti, kekhawatiran Edwin mereda karena memang Mbak Asih hanya mengganggu orang yang kebetulan lewat dari luar daerah. Warga sekitar hanya sering mencium wangi aroma bunga melati di area pohon beringin itu.

Mbak Asih tidak akan pernah berubah  akan selalu mengganggu orang-orang tertentu yang lewat, karena pengalaman pahit pada masa lalu yang di alaminya memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan gantung diri dengan membawa rasa dendam. Di manapun janji arwah penasaran seperti Mbak Asih tidak akan bisa dipegang sampai kapanpun, hanya kepada orang-orang yang ditakuti mereka akan menurut perintah tetapi tidak selamanya menjadi jaminan. Raka berpikir sebuah tugas berat baginya untuk segera menemukan rumah tinggal mbak Asih,  memindahkan arwah penasaran agar tidak mengganggu orang lain. Sebelum mendapat rumah baru untuk Mbak Asih, dipastikan Raka dan teman-teman masih akan mengalami kejadian  horor berhubungan dengan arwah penasaran seperti yang terjadi sebalumnya.

Liburan semester tengah tahun tiba saat itu, mereka mempunyai rencana untuk mengisi liburan ke luar kota. Setiap kali tiba masa liburan semester, mereka selalu memanfaatkan moment ini untuk refresing, mendaki gunung, atau berkunjung kesaudara salah satu dari kita  di luar kota. Momen liburan tengah semester kali ini, mereka berencana untuk berkunjung ke Malang, rumah kakek-nenek Edwin. Malam ini mereka  seperti biasa kembali berkumpul di rumah Edwin, untuk membicarakan kapan waktu yang tepat untuk berangkat ke Malang.

“Bagaimana bro, kapan kita rencana berangkat ke Malang?” Bagus memulai pembicaraan.

“Iya kapan kita berangkat?” sahut Novian sambil menikmati rokoknya.

“Tenang dulu bro. Lebih baik kita tunggu Heru dan Agung yang masih dalam perjalanan ke sini!”  Jawab Edwin.

“Benar bro, lebih baik kita tunggu mereka berdua. Kesepakatan diambil saat kita semua sudah berkumpul!” Raka menambahkan.

Waktu menunjukan jam 19.30 WIB saat Raka, Novian dan Bagus datang terlebih dulu di rumah Edwin, Heru dan Agung posisi dalam perjalan menuju ke rumah Edwin. Setelah mereka menunggu beberapa saat, tak lama kemudian selang 30 menit akhirnya Heru dan Agung tiba di rumah Edwin.

“Halo bro, sudah lama menunggu ya? Jangan kawatir kita bawakan logistic untuk meeting malam ini, saya bawakan jadah bakar ( uli terbuat dari ketan putih ) dari warung kopi kang ujang!” Sapa Heru menenteng bungkusan plastik hitam berisi ketan/jadah bakar dari warung Ujang depan stasiun Madiun.

“Sory terlambat bro. Antriannya panjang menunggu pesanan jadah bakar di warung Kang Ujang!” Agung menambahkan. 

  “Iya..,iya! Yang penting tidak kelupaan makanan penyemangat berkumpul malam ini, heee….!” jawab Edwin sambil menikmati jadah bakar yang masih mengepul panas.

“Bagaimana kesepakatan kita jadi pergi ke rumah kakek Edwin di Malang? Rencana kapan kita berangkat, naik bus atau kereta api dari Madiun?” Raka mulai membahas rencana liburan mereka ke Malang.

“Iya bro. Apa sebaiknya 3 hari lagi kita berangkat karena masih ada waktu untuk prepare, menurutku kita lebih santai berangkat dengan kereta api Matarmaja tujuan akhir Malang dan harga tiketnya lebih murah.” Jawab Edwin memberikaan usulan.

“Benar kita bisa persiapan sambil mencari tambahan uang saku, berangkat hari Minggu ya bro!” Bagus memberi usulan.

“Hari Minggu ini ya bro. Betul kita pasti perlu tambahan uang saku untuk jalan-jalan ke Malang” Agung bersemangat.

“Kalau memang rencannya hari Minggu, besok pagi aku pesenkan tiket Matarmaja dulu!” jawab Heru.

“Iya, dari pada kita nanti kehabisan nomer kursi, bisa-bisa kita berdiri selama perjalanan dari Madiun – Malang, kehabisan tempat duduk!” Sahut Novian.

“Baik kita sepakat hari Minggu berangkat dengan kereta api Matarmaja. Sementara kita patungan dulu untuk pesan tiket kereta api Matarmaja lewat saudara Heru!” Raka memutuskan.

“Ok siap bro. Besok pagi aku ke stasiun menemui saudaraku pesan tiket Matarmaja untuk kita berenam!” Jawab Heru menyanggupi kesepakatan mereka.

          Keesokan harinya sesuai kesepakatan, Heru memesan 6 tiket Matarmaja tujuan stasiun terakhir Malang Kota. Naik kereta api biayanya lebih murah dan lebih santai dalam perjalanan, daripada naik bus atau travel lebih mahal ongkosnya. Rumah kakek nenek Edwin berjarak kurang lebih 5 km dari stasiun kota, rencananya mereka menginap selama 4 hari di Malang

         Tibalah hari keberangkatan mereka liburan ke Malang, sesuai rencana mereka menginap selama 4 hari. Mereka sepakat berkumpul di rumah Edwin jam 01.30 WIB dini hari sebelum jam keberangkatan kereta api Matarmaja jam 03.15. WIB menjelang Subuh. Perkiraan dari stasiun Madiun waktu sampai di stasiun Kota Baru Malang jam 09.00 WIB. Perjalanan kurang lebih memerlukan waktu 5 jam, sesuai planning mereka berkumpul tepat waktu di rumah Edwin.

“Ayo bro, lebih baik kita berangkat ke stasiun sekarang sudah jam 01.35. WIB.” Agung mengusulkan mereka segera berangkat.

“Iya bro. Berangkat sekarang saya kira lebih baik, untuk mengulangi rasa kantuk kita bisa ngopi dulu di warung Ujang. Hahaha..!” Edwin menambahkan.

“Iya bro. Lebih baik segera berangkat pake taxi ke stasiun bro.” Jawab Raka. Edwin segera melangkah ke samping rumah tetangga yang kebetulan sopir taxi, untuk mengantar mereka ke stasiun kereta.

         

Mereka turun di depan stasiun tepatnya di warung kopi Kang Ujang langganan mereka. Sambil menunggu jadwal kereta api datang menuju ke stasiun Malang, mereka memesan kopi cangkir dan jadah bakar untuk mengurangi udara dingin dan rasa kantuk mereka di pagi hari.

“Tumben nih, pada bawa tas besar mau camping kemana kalian bro?” Tanya Kang Ujang sambil mengipas tungku di depannya.

“Iya Jang. Kita mau  berlibur 4 hari ke kota dingin Malang, liburan kali ini tidak ke gunung Jang!” Jawab Raka.

“Sekali-kali kita liburan di kota, Jang! Masak camping  ke gunung terus di tengah hutan!” jawab Edwin menambahkan.

“Hmm, aroma bunga melati wangi sekali tercium, pasti mbak Asih nih mau ngikut liburan!” Tiba-tiba Agung menyeletuk sambil hidungnya mengedus aroma bunga melati.

“Iya bro. Pasti Mbak Asih mau ngikut Raka liburan ke Malang!” Sahut Heru menambahkan.

“Tenang bro. Pasti aman kalau mbak Asih memang mau ikut. Siapa tahu di sana dapat tempat tinggal baru buat Mbak Asih.” Jawab Raka. Kemudian Raka berjalan ke seberang jalan dan berdiri disamping pintu gerbang stasiun, mencari tempat yang sepi untuk berkomunikasi dengan mbak Asih.

“Assalamualaikum salam, Mbak Asih! Kenapa berada disini apa mau ikut ke Malang!” Raka mulai berdialog lewat batin dengan arwah penasaran ini

“Wa alaikum salam Raden. Iya, Mbak asih mau ikut  ke Malang Raden. Saya janji tidak akan mengganggu siapa saja Raden.” Jawab Mbak Asih sambil menyembah Raka.

“Baik. Harus janji jangan membuat takut orang-orang di dalam kereta!” Raka menambahkan.

“Iya Raden, Mbak Asih janji!” Jawab Mbak Asih sambil berkelebat pergi meninggal aroma bunga Melati yang sangat wangi.

         

Raka berjalan kembali ke warung kopi Ujang, waktu sudah menunjukkan  jam 2.50 WIB sebentar lagi kereta api Matarmaja datang dari Jakarta menuju kota Malang. Mereka berenam bersiap untuk masuk stasiun dengan tiket di tangan mereka masing-masing. Setelah membayar kopi dan makanan ke Ujang, mereka segera masuk ruang tunggu. Aroma bunga melati beberapa saat tercium di ruang tunggu, Raka melirik ke samping memberi kode ke lima temannya untuk diam.

Selang beberpa menit kemudian kereta api Matarmaja pun datang dari arah barat Stasiun Madiun, setelah selesai pemeriksaan tiket mereka masuk ke dalam kereta. Mereka segera mencari gerbong dan bangku sesuai nomer yang tertera pada tiket masing- masing, dan mereka duduk sesuai nomer bangku yang kebetulan berhadapan.

“Wah, akhirnya kita berangkat juga ke Malang bro.” Novian membuka percakapan dengan nada senang.

“Iya bro. Sudah lama juga aku tidak pernah main ke kota Malang.” Jawab Heru dengan ceria.

“Masih mending kalian bro. Aku baru kali ini bisa main ke kota Malang!” Bagus menambahkan.

“Masak sih bro? Belum pernah main ke kota Malang sama sekali?” Tanya Agung ke Bagus.

“Iya benar. Bagus kalau mudik lebaran ke kota Ponorogo, saudaranya semua berasal dari kota Ponorogo!” jawab Raka menjelaskan.

“Benar bro. Aku tidak pernah main ke kota Malang dan sekitarnya, karena semua saudara ada di kampung Reog Ponorogo!” Bagus menegaskan.

“Eh perjalaanan kereta api masih panjang bro. Lebih baik kita tidur lagi, lumayan sampai di tujuan bangun badan merasa segar!” Edwin menengahi pembicaraan mereka.

         Mereka sepakat untuk tidur karena hari masih pagi, perjalanan masih jauh sampai di kota Malang. Kereta Matarmaja ramai penumpang hari ini, karena bertepatan dengan saat liburan sekolah serentak seluruh wilayah Indonesia. Raka hanya memejamkan matanya, sebenarnya belum bisa tidur. Bayangan Mbak Asih di batinnya terlihat di ujung gerbong dekat pintu masuk depan toilet. Raka membiarkan selama tidak mengganggu orang lain di gerbong kereta ini. Tak lama kemudian Raka pun terlelap dalam tidurnya seperti teman-teman lainnya.

                                                                                                       ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun