“Iya bro. Pasti Mbak Asih mau ngikut Raka liburan ke Malang!” Sahut Heru menambahkan.
“Tenang bro. Pasti aman kalau mbak Asih memang mau ikut. Siapa tahu di sana dapat tempat tinggal baru buat Mbak Asih.” Jawab Raka. Kemudian Raka berjalan ke seberang jalan dan berdiri disamping pintu gerbang stasiun, mencari tempat yang sepi untuk berkomunikasi dengan mbak Asih.
“Assalamualaikum salam, Mbak Asih! Kenapa berada disini apa mau ikut ke Malang!” Raka mulai berdialog lewat batin dengan arwah penasaran ini
“Wa alaikum salam Raden. Iya, Mbak asih mau ikut ke Malang Raden. Saya janji tidak akan mengganggu siapa saja Raden.” Jawab Mbak Asih sambil menyembah Raka.
“Baik. Harus janji jangan membuat takut orang-orang di dalam kereta!” Raka menambahkan.
“Iya Raden, Mbak Asih janji!” Jawab Mbak Asih sambil berkelebat pergi meninggal aroma bunga Melati yang sangat wangi.
Raka berjalan kembali ke warung kopi Ujang, waktu sudah menunjukkan jam 2.50 WIB sebentar lagi kereta api Matarmaja datang dari Jakarta menuju kota Malang. Mereka berenam bersiap untuk masuk stasiun dengan tiket di tangan mereka masing-masing. Setelah membayar kopi dan makanan ke Ujang, mereka segera masuk ruang tunggu. Aroma bunga melati beberapa saat tercium di ruang tunggu, Raka melirik ke samping memberi kode ke lima temannya untuk diam.
Selang beberpa menit kemudian kereta api Matarmaja pun datang dari arah barat Stasiun Madiun, setelah selesai pemeriksaan tiket mereka masuk ke dalam kereta. Mereka segera mencari gerbong dan bangku sesuai nomer yang tertera pada tiket masing- masing, dan mereka duduk sesuai nomer bangku yang kebetulan berhadapan.
“Wah, akhirnya kita berangkat juga ke Malang bro.” Novian membuka percakapan dengan nada senang.
“Iya bro. Sudah lama juga aku tidak pernah main ke kota Malang.” Jawab Heru dengan ceria.