“Yah,” Luna mulai lemas karena jawaban Aina.
“Emang kenapa Lun?” tanya Maya.
“Ngapapa cuma nanya aja.” Jawab Luna dengan menggelengkan kepala.
Selang beberapa menit berlalu, mereka memutuskan untuk membeli jajan dulu sebelum naik ke lantai tiga, tempat kamar kesayangannya. Luna dan Aina sangat suka dengan bakso goreng Bang Ucup yang setiap harinya jualan di depan asrama. Berbeda dengan Maya yang lebih memilih membeli sosis Mang Udin yang sering jualan setiap hari Senin dan Kamis. Mereka bertiga memang sudah sahabat dari kelas 10 tapi memang sering berantem karena masalah sepele. Tapi mereka tetap bisa menjaga pertemanan.
Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Di asrama ada acara pensi yang biasanya diadakan seminggu sekali. Ketika usai penampilan, dari kamar asrama pria, Luna senyum-senyum sendiri.
“ Lo kenapa senyum-senyum sendiri?” tanya Maya heran.
“ Em, e-eng-gak kok.” Jawab Luna dengan gugup.
“Eits, lo lagi jatuh cinta ya?” ledek Maya dengan mencolek pipi Luna yang mulai memerah.
“ Apaan sih? Nggak kok,” Luna bersikeras mengelak.
“Bilang aja kali Lun, kalau lo naksir sama Naza, iya kan?” tanya Maya dengan yakin.
Oh itu namanya Naza. Ucap Luna dalam hati.