Mohon tunggu...
Akmal Fatih Seif Aldien
Akmal Fatih Seif Aldien Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Artikel Opini: Mengapa Pendidikan Seksual Harus Dimasukkan ke Kurikulum Sekolah?

21 April 2024   00:30 Diperbarui: 21 April 2024   01:55 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:  slideshare.net

Pendidikan seksual sering menjadi topik kontroversial di masyarakat. Namun, saya menganggap bahwa pendidikan seksual harus ada pada kurikulum sekolah sebagai bagian integral pendidikan komprehensif. Ada beberapa alasan kuat yang mendukung pandangan ini.

Argumentasi

1. Pencegahan kesehatan reproduksi melalui screening Puskesmas Sinar Baru Bangka

Pendidikan seksual memberi pemahaman atau pengetahuan yang dibutuhkan tentang kesehatan reproduksi, termasuk pencegahan penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan remaja. Dengan diberikannya informasi pengetahuan akurat juga tepat waktu, kita dalam pandangan sebagai institusi pendidikan dan kesehatan bisa menolong remaja memilih keputusan lebih bijaksana terkait seksualitas mereka.

Data dilansir dari Puskesmas Sinar Baru Bangka sinarbaru.puskesmas.bangka.go.id sebagai bentuk pencegahan dan pengendalian penyakit menular seksual, Puskesmas Sinar baru melakukan screening ke tempat hiburan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Sinar Baru. Penyakit menular seksual dapat didiagnosis dengan melakukan tes laboratorium. Contohnya seperti tes darah untuk mengetahui terdapat virus HIV atau tidak. Bila ditemukan atau mengalami tanda atau gejala penyakit menular seksual, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Penanganan yang cepat dan tepat akan menghindari dari komplikasi berbahaya. Untuk mencegah penularan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara:

  • Hindari melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang.

  • Rutin menjaga kebersihan organ intim.

  • Selalu gunakan alat pengaman saat berhubungan intim.

  • Vaksinasi dapat vaksin untuk mencegah HPV dan hepatitis B.

2. Pengurangan kekerasan seksual menurut World Health Organization (WHO)

Sumber:  diskominfotik.lampungprov.go.id
Sumber:  diskominfotik.lampungprov.go.id

Pendidikan seksual bisa membantu untuk meminimalisasi tingkat kekerasan seksual. Dengan diperkenalkannya konsep-konsep persetujuan, batasan pribadi, serta penghargaan akan diri sendiri, kita dalam pandangan sebagai institusi pendidikan dan kesehatan bisa membantu mencegah atau menghindari perilaku merugikan juga memperkuat hubungan sehat antarpribadi.

Data dilansir dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan Republik Indonesia djkn.kemenkeu.go.id Menurut World Health Organization (WHO) (2017) ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual, antara lain:

1. Pendekatan Individu

  • Merancang program bagi pelaku kekerasan seksual dimana pelaku harus bertanggung jawab terhadap perbuatannya seperti menetapkan hukuman yang pantas bagi pelaku kekerasan seksual;

  • Memberikan pendidikan untuk pencegahan kekerasan seksual seperti pendidikan kesehatan reproduksi, sosialisasi mengenai penyakit menular seksual, dan pendidikan perlindungan diri dari kekerasan seksual.

2. Pendekatan Perkembangan

Pendekatan perkembangan yaitu mencegah kekerasan seksual dengan cara menanamkan pendidikan pada anak-anak sejak usia dini, seperti:

  •  Pendidikan mengenai gender;

  • Memperkenalkan pada anak tentang pelecehan seksual dan risiko dari kekerasan seksual;

  • Mengajarkan anak cara untuk menghindari kekerasan seksual;

  • Mengajarkan batasan untuk bagian tubuh yang bersifat pribadi pada anak; dan

  • Mengajarkan batasan aktivitas seksual yang dilakukan pada masa perkembangan anak.

3. Pencegahan Sosial Komunitas seperti:

  • Mengadakan kampanye anti kekerasan seksual;

  • Memberikan pendidikan seksual di lingkungan sosial

  • Mensosialisasikan pencegahan kekerasan seksual di lingkungan sosial.

4. Pendekatan Tenaga Kesehatan

  • Tenaga Kesehatan memberikan Layanan Dokumen Kesehatan yang mempunyai peran sebagai alat bukti medis korban yang mengalami kekerasan seksual;

  • Tenaga Kesehatan memberikan pelatihan kesehatan mengenai kekerasan seksual dalam rangka mendeteksi secara dini kekerasan seksual;

  • Tenaga Kesehatan memberikan perlindungan dan pencegahan terhadap penyakit HIV; dan

  • Tenaga Kesehatan menyediakan tempat perawatan dan perlindungan terhadap korban kekerasan seksual.

5. Pendekatan Hukum dan Kebijakan Mengenai Kekerasan Seksual, yakni:

  • Menyediakan tempat pelaporan dan penanganan terhadap tindak kekerasan seksual;

  • Menyediakan peraturan legal mengenai tindak kekerasan seksual dan hukuman bagi pelaku sebagai perlindungan terhadap korban kekerasan seksual;

  • Mengadakan perjanjian internasional untuk standar hukum terhadap tindak kekerasan seksual; dan

  • Mengadakan kampanye anti kekerasan seksual.

Tindakan-tindakan tersebut tentu hanya bersifat pencegahan. Walaupun demikian, setidaknya dengan melakukan upaya-upaya di atas, diharapkan kasus kekerasan seksual utamanya dapat dicegah seoptimal mungkin.

3. Faktor-faktor pembentukan hubungan yang sehat menurut National Library of Medicine National Center for Biotechnology Information

Sumber:  slideshare.net
Sumber:  slideshare.net
Pendidikan seksual juga penting membantu remaja mengetahui bagaimana caranya membangun hubungan sehat dan bermakna. Hal ini termasuk belajar tentang komunikasi secara efektif, pengambilan keputusan tepat dan bijak, juga menghormati diri sendiri maupun orang lain. 

Data diterima dari National Library of Medicine National Center for Biotechnology Information ncbi.nlm.nih.gov dalam hubungan intim, remaja mengutamakan faktor-faktor seperti rasa hormat, kepercayaan, dan cinta. Ketakutan akan kesepian, obsesi, dan rendahnya harga diri menjadi alasan remaja mempertahankan hubungan intim yang tidak sehat. Pengetahuan remaja tentang bahasa tentang hubungan intimnya sangat penting untuk menjalin komunikasi yang efektif dan membangun program intervensi di bidang hubungan intim yang sehat.

4. Kontrasepsi sebagai pencegahan kehamilan tidak diinginkan

03-infografis-pencegahan-ktd-gi-ui-ipas-indonesia-6623f4cede948f735a6711b2.png
03-infografis-pencegahan-ktd-gi-ui-ipas-indonesia-6623f4cede948f735a6711b2.png
Sumber: ipasindonesia.org

Contoh satu hasil paling serius dari kurangnya pendidikan seksual yaitu tingginya angka tingkat kehamilan remaja tidak diinginkan. Dengan memberikan pengetahuan komprehensif tentang kontrasepsi dan hubungan seksual yang aman, kita dalam pandangan sebagai institusi pendidikan dan kesehatan bisa membantu remaja menghindari kondisi yang bisa mengubah hidup mereka.

Data diterima dari National Library of Medicine National Center for Biotechnology Information ncbi.nlm.nih.gov risiko kehamilan yang tidak diinginkan tidak hanya mencakup risiko aborsi dan komplikasi terkait aborsi tetapi juga risiko kehamilan ektopik yang dapat menurunkan kesuburan di masa depan, dan risiko kehamilan anggur yang dapat menyebabkan keganasan. Kontrasepsi dapat mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan, kehamilan ektopik dan mola, serta IMS. Selain itu, kontrasepsi hormonal mengurangi risiko beberapa jenis kanker, dismenore, dan perdarahan menstruasi berat serta merupakan pengobatan untuk endometriosis.

Kesimpulan

Mengintegrasikan pendidikan seksual ke kurikulum sekolah merupakan langkah penting juga bertanggung jawab atas remaja untuk membantu memahami serta mengelola seksualitas mereka. Dengan memberikan pemahaman informasi akurat juga mendukung, kita dalam pandangan sebagai institusi pendidikan dan kesehatan bisa menolong mereka membangun masa depan lebih sehat dan lebih bahagia. Kita dalam pandangan sebagai institusi pendidikan dan kesehatan tidak bisa lagi membiarkan pentingnya pendidikan seksual supaya menciptakan masyarakat yang lebih baik dan lebih berpendidikan secara seksual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun