Nilai rohani
Nilai rohani ini ialah nilai yang tidak tergantung dari hubungan timbal balik antara organisme dengan dunia sekitarnya. Di dalam persatuan nilai spiritual ini nilai-nilai vital harus dikorbankan untuknya. Nilai rohani ini terdiri dari 3 jenis utama : Pertama, nilai estetis, mengenai "yang indah" (beautiful) atau "yang jelek" (ugly). Kedua, nilai yang benar atau tidak benar, ini seperti nilai adil atau tidak adil. Ketiga, nilai pengetahuan murni, semacam pengetahuan demi pengetahuan.[19]
Nilai yang Suci dan yang tidak suci (yang profan)
Nilai ini menyangkut objek-objek absolut atau nilai religius. Nilai-nilai disini memiliki suatu kondisi yang sangat pasti dari si pemberi nilai. Dalam arti bahwa nilai hanya muncul dalam objek yang diberikan dengan maksud sebagai "objek absolut". Modalitas nilai ini independen. Contoh utama dalam taraf manusiawi adalah orang suci dan pada taraf supra-manusiawi adalah Ketuhanan.
Dari keempat golongan nilai tersebut, Scheler tidak menyebutkan nilai-nilai moral yang khas. Itu karena Scheler berpandangan bahwa perbuatan-perbuatan moral kita itu terarah pada nilai-nilai non moral.[20] Nilai moral baru terlihat jika nilai-nilai non moral diwujudkan dengan cara seharusnya. Nilai moral itu membawa perbuatan-perbuatan yang merealisasikan nilai-nilai non moral. Di dalam nilai, Scheler juga berpandangan bahwa ada suatu hierarki. Nilai vital tentu lebih tinggi nilainya daripada nilai kesenangan ataupun ketidaksenangan. Nilai rohani lebih tinggi dibandingkan nilai vital dan nilai kesenangan. Kemudian, nilai religius adalah nilai yang lebih tinggi daripada nilai-nilai lainnya (rohani, vitalitas, kesenangan).
 Hierarki yang ada tersebut tentunya bukan sembarangan ditetapkan oleh Scheler. Nilai mana yang lebih tinggi dari yang lainnya. Mengapa nilai tersebut lebih tinggi dari yag lain? Ia memberikan lima kriteria dalam menentukan hierarki tersebut. Lima kriterita tersebut, yaitu :
 Ketahanan Nilai
Ketahanan nilai ini berarti lamanya suatu nilai dapat bertahan. Semakin tinggi nilai tersebut maka nilai tersebut juga akan bertahan lama. Misalnya rasa cinta dibandingkan dengan rasa simpati kepada sesama yang mudah hilang. Rasa cinta bertahan lebih lama. Bahkan mungkin akan cenderung semakin besar.
Pembagian Nilai
Pembagian nilai ini bukan berarti semua nilai dapat dibagi. Nilai yang dapat dibagi hanyalah nilai yang rendah. Sementara nilai yang lebih tinggi tidak mungkin untuk dibagi-bagi. Jika semakin tinggi nilai tersebut maka nilai tersebut juga tidak dapat terbagi (utuh). Misalnya bahan makanan lebih dapat dibagi-bagi daripada barang seni. Untuk dapat menikmati bahan makanan maka bahan makanan tersebut harus dibagi-bagi. Namun jika barang seni walaupun dapat dinikmati juga oleh banyak orang tetapi barang tersebut tidak dapat dibagi.
Ketidak bergantungan satu nilai dengan nilai lainnya