Barulah saat keluar, belasan anak berusia SMP-SMA kami jumpai sedang mengantri di loket.
Pesona keindahan alami Sumpang Bita kini telah memudar di mata warga lokal. Mungkin mereka sudah beralih menghabiskan liburan di wahana rekreasi buatan.
Para pengunjung yang tak banyak itu didominasi oleh para wisatawan luar yang penasaran pada cagar alam pegunungan karst terbesar kedua di dunia ini. Dan peserta didik yang ingin memanfaatkan alam untuk kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
Bagi saya pribadi. Sumpang Bita haruslah tetap seperti itu. Alami. Tak perlu dipoles dengan riasan buatan yang berlebihan demi menarik kembali kedatangan banyak pengunjung lokal.
Oh iya, kecuali toiletnya. Sepertinya balon lampu kamar kecilnya harus diganti baru agar dapat menyala kembali.
Sumpang Bita mungkin tak menawarkan keseruan, kesenangan, dan kepuasan bermain. Tapi menawarkan wawasan keilmuan, ketenangan, kedamaian, dan healing.
Jika Anda menyukai alam pegunungan karst sambil belajar prasejarah, maka datanglah cahar alam prasejarah Sumpang Bita yang terletak di kecamatan Balocci, kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan ini.
Taman ini tak hanya menawarkan pesona keindahan dan keasrian alam, tapi juga menyimpan peninggalan prasejarah dan arkeologi yang terdapat dalam gua Bulu Sumi seperti lukisan dinding, artefak batu, cangkang molusca, fragmen gerabah serta fragmen tulang dan gigi.
Jika belum puas, Anda juga bisa berkunjung ke beberapa taman alam sekitarnya yang bisa Anda nikmati dalam sehari. Jaraknya pun hanya sejam dari bandara Sultan Hasanuddin Makassar menggunakan kendaraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H