"Menonton film horor membuat orang sering berhalusinasi"
~~~~
Ratusan santri berjubel di masjid Andi Murni, Sekolah Putri Darul Istiqamah. Mereka sibuk ria merias wajah di dalam masjid. Menggunakan skin care merupakan rutinitas "wajib" bagi santri sebelum masuk kelas.Â
Kamis pagi, jam menunjukkan pukul 07.13. Bel tanda masuk akan berbunyi pada pukul 07.20, tapi kami berlarian meninggalkan masjid menuju ruang 403, kelas Arab yang jaraknya sekitar 100 meter dari masjid. Takut telat. Soalnya guru bahasa Arab kami, ustadz Nizar sudah memperingatkan kami kemarin kalau ada salah seorang dari kami yang telat masuk, maka tak jadi nonton bareng hari ini. Kami semua masuk kelas tepat semenit sebelum bel berbunyi.Â
"Para siswi kelas delapan tahfidz yang saya cintai. Alhamdulillah, karena kalian tidak ada yang telat, maka janji saya kemarin untuk nonton bareng hari ini saya tepati." Kata ustadz Nizar di depan kelas.
Sorak sorai kegirangan di dalam kelas menggema seketika.
"Tapi setelah kita belajar bahasa Arab satu jam pelajaran dulu." Ucapan ustadz Nizar memecah keramaian.Â
"Aduh, ustadz, sekarang sajalah." Teriak Nada dan Najwa bersamaan.Â
"Tidak. Kita belajar dulu! "Sergah ustadz Nizar.Â
Kelas menjadi hening. Ustadz Nizar meminta kami membuka buku bahasa Arab. Kami mulai belajar.Â
" Ustadz, ini sudah pukul 08.00. Waktu belajar sudah habis. Waktunya untuk nonton, Ustadz." Ujarku setengah berteriak.Â
"Siap, Elrika! " Sahut ustadz Nizar kepadaku.Â
Seketika kelas menjadi ramai oleh suara kembali. Kami senang sekali akan menonton.Â
"Ustadz, kita nonton film Qarin saja yah. Seru dan menegangkan." Usul Kirana.Â
"Iya, ustadz. Qarin aja." Tambah Qimora.Â
"Baik kalau begitu."jawab ustadz Nizar mengiyakan.Â
Film yang akan kami tonton adalah film Qarin. Sebuah film horor produksi dalam negeri. Lampu dimatikan. Jendela ditutup dengan gorden. Suasana kelas menjadi temaram. Mendekati suasana di bioskop. Kami duduk melantai. Film pun diputar di layar smart TV berukuran 60 inci milik kelas Arabic itu.Â
"Mama, aku takut." Teriak Noura sambil memelukku.Â
"Ah, gak usah nonton kalau takut." Protes Mariya.
Beragam ekspresi ketakutan yang teman-temanku tunjukkan. Beberapa kali Kirana memelukku ketika menyaksikan adegan horor. Noura selalu berteriak. Najla menonton sembari menutup mata dengan jilbabnya, tapi sesekali masih mengintip. Rasa penasaran pada film dan takut menontonnya bercampur jadi satu. Khadijah bahkan membelakangi TV tak berani menonton.Â
*************Â
Selepas shalat isya, aku pulang sendirian ke kamar meninggalkan teman-teman di masjid. Aku kira sendirian, ternyata di kamar sudah ada Melati dan Noura. Aku melepas mukenaku. Lalu duduk di atas ranjang. Mereka berdua menatapku. Tatapan keduanya terasa aneh bagiku.Â
"Elrika, tolong temani saya ke toilet." Pinta Noura padaku.Â
Ia memelas dengan wajahnya yang imut itu.Â
"Ih, baru juga saya datang. Makanya jangan sok berani nonton film Qarin. Jadi takut ke hammam kan."Ejekku.Â
Baru kali ini Noura minta ditemani ke hammam. Saya menebak sebabnya karena masih terbawa suasana horor film Qarin tadi pagi.Â
" Plis deh, Elrika. Udah kebelet nih."
"Baik. Saya ambil sikat gigi dulu." Jawabku.Â
Aku turun dari ranjang. Mengambil sikat gigi dan facial wash di lemari. Niatku sekalian juga menggosok gigi dan membersihkan wajahku.Â
"Elrika... Noura...sekarang ini malam Jum'at." Melati mencoba menakuti kami. Ia meniru suara khas hantu di film-film. Â
"Melati... !!! " Teriak Noura sambil menutup telinganya.Â
Melati hanya tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Noura.Â
Saat masuk ke toilet asrama perasaan takutku muncul. Tapi aku mencoba sok berani. Terlanjur tadi Noura mengira aku pemberani. Potongan adegan menakutkan film Qarin di kamar mandi tadi siang melintas di benakku. Bulu kudukku berdiri.Â
Suasana toilet yang berukuran besar itu lengang membuat bulu kudukku semakin merinding. Noura bahkan memeluk tanganku saat tiba di dalam. Telapak tangannya sangat dingin. Saya mengira ia begitu takut. Tapi mau tak mau ia harus masuk ke dalam WC sendirian
Aku berdiri di depan wastafel dengan cermin yang cukup besar terpasang di belakangnya menampakkan semua bagian tubuh orang yang berdiri di depannya. Aku mengeluarkan sikat gigi dan odol, menaruh odol memenuhi buku sikat gigi. Lalu mulai menggosok gigi.Â
Tiba-tiba adegan potongan adegan film Qarin melintas lagi di benakku. Adegannya sama dengan kondisiku sekarang, pemeran wanita sedang sikat gigi, tiba-tiba di cermin muncul kepala wanita tanpa wajah. Lintasan adegan itu membuat pundakku bergidik.. Aku menutup mata.Â
"Elrika... "seseorang berteriak sambil menepuk punggungku dari belakang.Â
Hampir saja jantungku copot karena kaget bukan main. Aku menoleh. Ternyata Melati.Â
"Ah, kamu Melati." Aku mencoba memukul tangannya. Tapi aku tak mengenainya.Â
Ia lari keluar dari toilet sambil tertawa. Tapi kenapa wajah Melati terlihat pucat yah? Batinku.
Aku tak tahan lagi berlama-lama di dalam toilet. Perasaan takut menguasaiku. Aku tak bisa lagi mencuci muka dengan facial wash.Â
"Noura... Noura...ayo kita keluar."Â
Tak ada jawaban dari WC. Aku mengetuk pintu WC. Pintu WC terbuka sendiri. Tak ada Noura di dalam.Â
"Kapan Noura keluar? Kok tidak bilang ke aku?" Batinku.Â
Tanpa ba-bi-bu aku lari dari meninggalkan toilet menuju kamar.Â
Di kamar aku tak menemukan siapa pun. Noura, Melati, dan lima orang teman sekamarku yang lain tak ada di dalam kamar. Ke mana Noura dan Melati?Â
"Assalamualaikum alaikum... " Suara salam serempak dari luar kamar mengagetkanku. Ternyata teman-temanku baru datang dari masjid. Ada Noura dan Melati juga bersama mereka.Â
"Noura, Melati, kalian dari mana? Kok pake mukena?" Tanyaku heran kepada mereka.Â
"Dari masjidlah. Kamu sih yang pulang terlalu cepat." Jawab Melati.Â
"Ah, kamu jangan becanda! Kalian tadi di sini bersamaku" Bantahku.Â
"Iya, benar. Kami baru pulang dari masjid." Seru Noura.Â
"Iya, Noura dan Melati sama kami di masjid tadi. Bareng pulangnya juga." Ujar Kirana.Â
"Gak percaya. Kalian pasti bercanda."kataku.
"Kok becanda. Buat apa?" Kata Melati.Â
"Demi Allah, kalian berdua tadi di kamar bersamaku. Lalu aku dan Noura ke toilet bersama." Aku sampai bersumpah.Â
Aku menceritakan pada mereka apa yang aku alami barusan. Tak ada yang percaya padaku. Mereka mengira aku sedang membual. Sementara aku pun tak percaya mereka tak sedang mengerjaiku. Berkali-kali aku mencecar mereka dengan pertanyaan yang sama tentang Noura dan Melati. Mereka sampai bersumpah untuk meyakinkanku.Â
Meski aku masih berusaha percaya kalau mereka sepakat sedang mengerjaiku, tapi perasaan jangan-jangan kedua sosok tadi adalah qarin Noura dan Melati sering mengusik pikiranku.Â
Telapak tangan Noura yang sangat dingin. Wajah pucat Melati. Noura yang keluar dari WC tanpa aku ketahui. Lalu tatapan aneh keduanya saat di kamar. Semua itu menjadi teka-teki di benakku yang membuatku semakin menguatkan prasangkaku.
Ah, kalau memang betul, mungkin mereka sedang bercanda. Untung bukan sebaliknya. Hiburku dalam hati.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H