Saat masuk ke toilet asrama perasaan takutku muncul. Tapi aku mencoba sok berani. Terlanjur tadi Noura mengira aku pemberani. Potongan adegan menakutkan film Qarin di kamar mandi tadi siang melintas di benakku. Bulu kudukku berdiri.Â
Suasana toilet yang berukuran besar itu lengang membuat bulu kudukku semakin merinding. Noura bahkan memeluk tanganku saat tiba di dalam. Telapak tangannya sangat dingin. Saya mengira ia begitu takut. Tapi mau tak mau ia harus masuk ke dalam WC sendirian
Aku berdiri di depan wastafel dengan cermin yang cukup besar terpasang di belakangnya menampakkan semua bagian tubuh orang yang berdiri di depannya. Aku mengeluarkan sikat gigi dan odol, menaruh odol memenuhi buku sikat gigi. Lalu mulai menggosok gigi.Â
Tiba-tiba adegan potongan adegan film Qarin melintas lagi di benakku. Adegannya sama dengan kondisiku sekarang, pemeran wanita sedang sikat gigi, tiba-tiba di cermin muncul kepala wanita tanpa wajah. Lintasan adegan itu membuat pundakku bergidik.. Aku menutup mata.Â
"Elrika... "seseorang berteriak sambil menepuk punggungku dari belakang.Â
Hampir saja jantungku copot karena kaget bukan main. Aku menoleh. Ternyata Melati.Â
"Ah, kamu Melati." Aku mencoba memukul tangannya. Tapi aku tak mengenainya.Â
Ia lari keluar dari toilet sambil tertawa. Tapi kenapa wajah Melati terlihat pucat yah? Batinku.
Aku tak tahan lagi berlama-lama di dalam toilet. Perasaan takut menguasaiku. Aku tak bisa lagi mencuci muka dengan facial wash.Â
"Noura... Noura...ayo kita keluar."Â
Tak ada jawaban dari WC. Aku mengetuk pintu WC. Pintu WC terbuka sendiri. Tak ada Noura di dalam.Â