"Demi Allah, kalian berdua tadi di kamar bersamaku. Lalu aku dan Noura ke toilet bersama." Aku sampai bersumpah.Â
Aku menceritakan pada mereka apa yang aku alami barusan. Tak ada yang percaya padaku. Mereka mengira aku sedang membual. Sementara aku pun tak percaya mereka tak sedang mengerjaiku. Berkali-kali aku mencecar mereka dengan pertanyaan yang sama tentang Noura dan Melati. Mereka sampai bersumpah untuk meyakinkanku.Â
Meski aku masih berusaha percaya kalau mereka sepakat sedang mengerjaiku, tapi perasaan jangan-jangan kedua sosok tadi adalah qarin Noura dan Melati sering mengusik pikiranku.Â
Telapak tangan Noura yang sangat dingin. Wajah pucat Melati. Noura yang keluar dari WC tanpa aku ketahui. Lalu tatapan aneh keduanya saat di kamar. Semua itu menjadi teka-teki di benakku yang membuatku semakin menguatkan prasangkaku.
Ah, kalau memang betul, mungkin mereka sedang bercanda. Untung bukan sebaliknya. Hiburku dalam hati.Â