Mohon tunggu...
Muhammad AkhulMuslimin
Muhammad AkhulMuslimin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG, seorang yang labil dalam segala hal, dan belum menemui bakat saya, tetapi saya mempunyai beberapa hobi seperti membuat script, olahraga, memasak, dan membuat eksperimen aneh.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islam dan Nasionalisme

28 Oktober 2023   13:03 Diperbarui: 28 Oktober 2023   14:04 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap negara mempunyai sesuatu yang membedakannya dengan negara lain. Budaya, keanekaragaman, kekayaan alam, ekonomi, sosial, dan faktor lain seperti toleransi gotong royong merupakan contoh dari ciri-ciri tersebut. Pendidikan merupakan salah satu metode untuk menanamkan sifat-sifat tersebut pada setiap individu. Jadi tidak benar jika salah satu komponen negara, yaitu masyarakat, menikmati apa yang dimiliki negara.

Cinta tanah air bukan lagi hal yang tabu karena cinta tanah air merupakan nilai yang perlu ditanamkan pada setiap individu. Selain itu, cinta tanah air merupakan sebuah makna atau rasa bangga bagi setiap bangsa Indonesia.

Nilai penting ini biasanya diajarkan dalam dunia pendidikan

kewarganegaraan karena berkaitan erat dengan sikap nasionalisme terhadapnya

bangsa. Kecintaan terhadap tanah air merupakan sebuah urgensi yang bila tidak terpenuhi bisa saja terwujud membahayakan keutuhan suatu bangsa. Cinta tanah air adalah salah satu kuncinya

terciptanya negara yang makmur dan sejahtera.

Menurut penegasannya, dari sudut pandang Al-Qur'an, mengenai alam atau umat manusia secara umum, Allah SWT menciptakannya dalam berbagai macam, artinya terdiri dari beragam suku dan negara untuk memahami, mengakui, dan bertoleransi satu sama lain.

Hal ini disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 13: "Wahai manusia! Sesungguhnya Kami membentuk kamu dari seorang laki-laki dan seorang wanita, kemudian Kami bagi kamu menjadi beberapa negara dan suku agar kamu mengenal satu yang lain. Sesungguhnya orang yang paling terhormat di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling taat. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengetahui."

Wajar jika manusia mencintai tanah airnya. Karena sifat alamiah manusia, hal tersebut tidak dilarang oleh Islam, sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran/nilai Islam. Padahal rasa cinta tanah air itu ada

Meski hal ini wajar, namun bukan berarti Islam tidak mengaturnya. Islam adalah agama yang ideal untukUntuk menjadi pribadi yang lebih baik, kehidupan manusia mengendalikan fitrah manusia melalui cinta tanah air. Manusia yang mungkin mempunyai peranan paling penting dalam membentuk kehidupan berbangsa dan kedaulatan, serta memiliki rasa keselarasan baik di dunia maupun di akhirat (Noor, 2022).

Intinya, istilah "cinta tanah air" tidak muncul secara jelas dalam Al-Quran.

Al-Quran, sebaliknya, mempunyai banyak nilai. Sikap nasionalis dan bersemangat

Mereka yang duduk di dalam Pemerintah harus bertindak sebagai representasi rakyatnya.

Mewakili berarti berada di sana atas nama orang lain yang berhalangan hadir. Tentu saja, pemilu bukan satu-satunya cara untuk memperoleh keterwakilan atau menjamin keterwakilan suatu pemerintahan. Raja-raja yang memerintah selama beberapa generasi pada Abad Pertengahan memandang diri mereka sebagai juru bicara komunal. Hanya pemikir Kontrak Sosial Rousseau yang menyangkal kegunaan representasi untuk tujuan legislatif. Status seseorang dalam pemerintahan terkadang dianggap tidak memiliki jaminan bahwa mereka akan "mewakili secara eksistensial" warga negaranya sampai mereka memiliki kualitas-kualitas penting seperti ras, agama, jenis kelamin, atau usia.

Persoalan mengenai keterwakilan internal, pada kenyataannya, sangat terkait erat dengan demokrasi.

Memang benar, banyak tokoh nasionalis pada masa itu yang kurang memahami Islam. Mungkin Mohammad Hatta adalah salah satu dari sedikit orang yang terpilih. Karena itulah Salim mengajak mereka untuk belajar tentang Islam dan kehidupan Nabi.

Bukankah kaum nasionalis berasal dari negara mayoritas Muslim?

Dalam kutipan di atas, Soekarno juga berusaha menghilangkan kesalahpahaman antara beragam ide politik di Indonesia. Namun keinginannya untuk menyatukan Islam dan Marxisme dinilai tidak realistis karena keduanya mengandung komponen filosofis yang tidak dapat didamaikan. Komponen ateis dalam Marxisme merupakan suatu hambatan.

Alasan utama mengapa Islam harus menentangnya. Sukarno rupanya terobsesi

Karena keinginannya yang mendesak akan persatuan nasional, ia melupakan perbedaan mendasar antara Islam dan Kristen.

Berbeda dengan Sukarno, Hatta, ikon nasionalis lainnya, sadar betul bahwa mengawinkan Islam dengan Marxisme/komunisme adalah usaha yang sia-sia. Hatta tidak pernah percaya pada komunisme.18 Studi Hatta tentang Marxisme dan pengalamannya di Belanda semakin meyakinkannya bahwa komunisme tidak akan pernah bisa didasarkan pada kerja sama.

Gaya bicara Hatta yang keras sesuai dengan kepribadiannya yang tegar dan kokoh. Sebagai salah satu delegasi dunia terjajah, Hatta baru berusia 23 tahun saat menyampaikan pernyataan tersebut, yang menandakan bahwa ia telah matang secara kognitif. Ramalannya untuk memperoleh kemerdekaan dengan cara-cara kekerasan akhirnya terwujud dalam sejarah: perjuangan nasional kita akhirnya tercapai melalui pengorbanan banyak darah yang tertumpah dan mengalir.

Meskipun sikapnya anti-komunis, Hatta dikenal sebagai seorang Muslim yang taat dan juga seorang patriot yang bersemangat. Sosok Hatta menimbulkan kekaguman yang mendalam di kalangan umat Islam pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, kecuali kaum komunis yang sengaja meremehkannya.

juga karena pertimbangan politik. Hatta mungkin adalah tokoh kepemimpinan terbaik dalam sejarah Indonesia kontemporer dari sudut pandang moral pada saat negara ini sedang mengalami krisis yang signifikan dalam hal keteladanan. Jadi, kalau ada yang mempertanyakan nasionalisme Hatta, pandangan itu jelas ahistoris, karena nasionalisme adalah anak tangga untuk menjalin "persaudaraan". semua negara."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun