Â
      SABTU siang kami sudah tiba di kota B. Kami memesan sebuah apartemen di hotel berbintang empat yang menghadap ke laut selat Makassar. Jaraknya sekitar 15 menit dari Bandar udara. Empat anakku yang masih kecil-kecil girang bukan main. Apalagi setelah mereka melihat ada kolam renang.
      Aku dan istriku yakin. Kami akan bermimpi indah. Kamar hotel yang berukuran 108 persegi, dengan tiga kamar di dalamnya. Dilengkapi ruang tamu dan dapur, kulkas, televisi yang besar layar datar (mungkin sekitar 32 in) di ruang tamu, akses internet gratis, balkon, kamar mandi yang disuka anak-anakku.
      Di dalam kamar aku membuka buku catatan jadwal tempat-tempat yang rencananya akan kami kunjungi setiap satu, dua, tiga minggu atau sebulan sekali.
Besoknya, kami seharian mendatangi tempat tempat wisata di kota B. Sebenarnya misi lain dari aku dan istri ku adalah agar tidur kami memiliki bunga tidur atau mimpi.
      Malam baru kembali ke hotel. Kami kelelahan setelah berkeliling-keliling dari satu tempat wisata ke tempat wisata lainnya.Â
Setelah mandi dan makan malam, kami berkumpul di ruang tamu dalam kamar. Sambil nonton televisi, aku menceritakan kepada istri dan anakku, tentang yang perlu dilakukan sebelum tidur. Â Aku mengingatkan, sebelum tidur kita perlu berwudhu, lalu membaca doa Bismikaallahumma ahya wa bismika wa amuut. Yang artinya : Dengan menyebut nama-Mu ya Allah, aku mati dan aku hidup. Itu kudapat melalui google di internet.
      "Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa kesepian maka dianjurkan untuk membaca doa a'udzu bikalimaatillahi attammati min ghadhabihi wa 'iqaabihi wa syarri 'ibaadihi wa min hamazaatisysyayaathiin wa ayyahdhuruun. Yang artinya aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan para syaitan dan dari kedatangan mereka kepadaku," ujarku.
      Aku juga meminta istri dan anak-anakku, bila terbangun segera menghirup dan menyemburkan air dari hidung sebanyak tiga kali. Karena para iblis bermalam di rongga hidung. Dalam berbaring juga sebaiknya posisi tidur miring ke sebelah kanan. Atau rusuk kanan sebagai tumpuan.
      "Dan ingat, jika bermimpi buruk jangan sekali-kali menceritakan kepada siapapun, kemudian meludah ke kiri tiga kali dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan iblis yang terkutuk dan dari keburukan mimpi yang dilihat" nasehatku lagi kepada istri dan anak-anakku.
      Malamnya, aku, istriku dan empat anakku diberikan-NYA mimpi yang indah. Aku tidur terakhir. Aku tidak bisa menceritakan apa mimpiku, saat ini. Mungkin di lain waktu dan hari. Yang jelas, ketika tidur kami sudah memiliki mimpi. Aku lihat wajah istri dan anak-anakku tersenyum dalam tidurnya.  Tidak ada iblis-iblis pemakan mimpi yang hadir dalam tidur kami. Namun, yang aku khawatirkan, bila kami kembali ke kota A, Kota Seribu Lubang. Karena iblis iblis pemakan mimpi masih berkeliaran.*