19 tahun yang lalu---di tahun 2011---aku pernah mendengar tentang berita, yang menyebutkan daerahku yang menyumbangkan kontribusi  Rp 320 trilyun sebagai produk domistik regional bruto. Rp 130 trilyun dari hasil menguras migas dan Rp 84 trilyun dari mengeruk batu bara. Lalu, hanya sekitar hampir Rp 3 trilyun lebih hingga sekitar Rp 12,06 trilyun yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk daerahku. Kini luas penambangan batu bara hampir mencapai 60 persen dari luas daerahku. Seperti kawin kontrak, setelah mengeruk batu bara, lahan bekas galian ditinggalkan tidak direklamasi.
      Malamnya, upayaku untuk menumbuhkan bunga tidur ternyata sia-sia. Tak ada mimpi. Aku berupaya mengingat-ngingat, tapi sungguh tidurku hanya kosong. Tidurku tak berbunga, untuk sekejap mimpi pun. Karena tak ada mimpi, aku gelisah.
      Aku jadi rajin mencari-cari informasi tentang mimpi. Ada informasi yang kudapat tentang mesin pembuat mimpi. Cara pengoperasian mesin ini cukup mudah. Sebelum tidur, kita cukup melihat gambar yang ada di monitor dan merekam kalimat yang menggambarkan mimpi yang kita inginkan. Saat tidur, alat ini bekerja mengkombinasikan suara yang terekam, cahaya redup, musik lembut dan aroma perangsang. Aku lantas membeli mesin pembuat mimpi itu. Beberapa kali aku coba, suasana lampu yang redup, dengan iringan musik yang syahdu hingga menghentak-hentak dan berbagai aroma untuk merangsang, tetap saja mimpi tak ada dalam tidurku.  Aku juga sudah menghidupkan suara pembacaan ayat Al Qur'an melalui televisi hingga semalamam. Entah, caranya bagaimana, iblis itu berhasil mencuri mimpiku dan memakannya.
      ''Kamu bermimpi apa semalam?" aku bertanya kepada istriku.
      "Aku tak mempunyai mimpi apa-apa" jawab istriku sedih.
      Kami berdua menjadi rindu dengan mimpi. Kenapa mimpi-mimpi tak pernah datang lagi dalam tidur kami? Dulu, sekalipun kami tidur berdampingan, kami masih diberi mimpi yang tidak sama. Kami saling menceritakan mimpi masing-masing. Sekalipun memang, mimpi tak ada kaitannya dengan dunia nyata. Walaupun memang ada yang mengaitkan-ngaitkan mimpi dengan dunia nyata, seperti Syahdul, si raja nomor. Sejak beberapa tahun lalu, Syahdul juga seperti mati akal. Dia tak bisa mengaitkan arti mimpi dengan nomor undian yang dibelinya. Karena mimpi juga telah hilang dalam tidurnya.
      "Tidur itu seperti mati sebentar" kata Syahdul meniru kalimat seorang filosuf yang dia lupa namanya.
      Apa yang diingat bila saat tidur tak ada mimpinya? Menurut pakar, mimpi itu hadir secara bertahap, dan mimpi terakhir yang biasanya bisa diingat. Tapi, aku tak bisa mengingat apa-apa. Padahal mimpi bisa melepas kegelisahan, atau untuk mengungkapkan reaksi yang tersembunyi. Mimpi membuat hidup menjadi menarik. Mimpi buruk sekalipun, yang bisa menjadi isyarat mengingatkan. Tapi kemana mimpi-mimpiku?
      Aku ingin bermimpi melihat hantu, yang artinya alamat akan sukses dalam usaha. Aku ingin mimpi dikejar hantu, artinya alamat akan timbul kesalahan, maka aku harus berhati-hati. Aku ingin mimpi mengejar hantu, yang artinya akan memperoleh sesuatu. Aku ingin mimpi meminjamkan uang kepada orang yang membutuhkan, yang artinya aku akan turut campur dalam urusan yang baik dengan orang lain. Aku ingin diberi pinjaman uang, artinya akan mendapat hubungan baik dengan orang lain. Aku ingin mimpi kehilangan uang, artinya akan memperoleh karunia yang halal. Aku ingin mimpi mendapat uang di jalan, artinya akan ditolong orang. Aku ingin mimpi apa saja.
      Dari seorang ustadz aku mendengar, Nabi Muhammad pernah bersabda, sesungguhnya salah satu mimpi itu diantaranya mimpi-mimpi buruk yang menakutkan yang datang dari iblis untuk membuat sedih anak Adam. Aku jadi berpikir-pikir; jangan-jangan hilangnya bunga tidur kami karena perbuatan iblis?
      Aku yakin, iblis kini tak hanya memain-mainkan manusia lewat mimpi buruk, tapi sudah memakan mimpi-mimpi setiap orang. Aku harus menyelidiki ini.