Saat kita mulai mengubah perspektif, kita bisa berhadapan dengan FOMO. Ini langkah awal, daripada berfokus pada kekurangan, cobalah perhatikan apa yang telah kita miliki. Ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan di media sosial, di mana kita mungkin dibombardir dengan gambar hal-hal yang tidak kita miliki, tetapi itu bisa dilakukan.
Medsos memberikan kita opsi untuk menuntun mereka ke algoritma kecerdasannya. Pilih saja sesiapa yang ingin anda ikuti yang membuat nyaman, ubad feed untuk mengurangi pemicu FOMO. Langkah selanjutnya adalah identifikasi, jenis informasi apa saja yang membuat perubahan emosional kita.Â
Sejatinya, hanya diri kita sendiri yang tahu apa saja yang layak kita konsumsi dan apa yang tidak layak. Saat melihat informasi yang tidak layak, segeralah bertindak. Hilangkan atau rekomendasikan untuk tidak melewati beranda medsos kita.
Bermain medsos adalah cara kita menuruti perintah otak kita untuk terhubung secara sosial. Mengapa otak mengaktifkan keinginan untuk terhubung secara sosial?Â
Sebuah ulasan menarik diutarakan Cacioppo dan dua orang koleganya dalam sebuah tulisan yang berjudul Toward a neurology of loneliness, manusia adalah makhluk yang takut akan kesepian, manusia membutuhkan perasaan memiliki.Â
Sayangnya medsos menghubungkan kita tidak secara nyata. Sekarang, tinggal pilih, apakah kita ingin terhubung dan memiliki secara virtual atau nyata?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H