Kebutuhan terakhir menurut SDT adalah memenuhi kebutuhan anak akan keterikatan. Gak usah muluk-muluk untuk mengikutsertakan mereka perlombaan secara rutin, mulai saja dulu dalam rumah kita. Apakah komunikasi mereka dengan kita (orangtua) telah berjalan sesuai dengan keinginan mereka?Â
Hayo, yang suka main gawai saat anaknya ngajak bicara siapa? Angkat tangan! Ayolah kurangi kekecewaan mereka dengan komunikasi yang hangat. Ajaklah mereka berbicara, tentang aktivitasnya seharian, di sekolah misalnya. Sukur jika bapak-ibu sekalian masih mau bercerita untuk mereka secara rutin.Â
Apa? Gak bisa cerita? Masak sih? Pasti bisa, wong seharian di tempat kerja atau dengan tetangga juga kita nerocos mulu kan. Kalau kesulitan membuat cerita, kan banyak tuh buku cerita, atau kalau masih alasan juga buat beli buku cerita, ya tanya aja almukarom google. Pasti ada tuh jutaan cerita yang dimiliki mbah google.
Eh iya, saran ini bukan tata cara masak p*p mie loh, jadi mungkin efeknya tidak akan bisa langsung kayak menyeduh dan menyajikan mie. Anak kita kan manusia bapak-ibu, bukan ind*mie dan sejenisnya. Lakukan aja bertahap, dengan adonan kasih sayang yang cukup dan konsisten. Semoga saja berhasil.
Masalah anak masih sering terobsesi main gawainya, ya itu wajar. Kasih saja kesempatan, tapi ingat, dampingi mereka. Jadilah partner yang menarik untuk mereka saat bermain gawai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H