Jangankan anak-anak, kita juga susah kan lepas dari gawai? Mungkin juga saat membaca tulisan ini, sotara sekalian mengabaikan komunikasi manusia-manusia di sekitarnya, hehe.Â
Sekarang sudah tambah paham kan, tujuan kita (orangtua) dengan perusahaan teknologi jelas berbeda. Jika kita tidak berharap anak-anak kita bergantung dengan gawainya, mereka malah sebaliknya, karena itulah sumber penghasilan mereka.
Bagaimana menyikapinya?
Ini permasalahan yang boleh dikatakan sulit dan serius, namun juga bisa dikatakan mudah dan santai. Pada dasarnya yang pertama harus kita sepakati adalah bahwa anak --seberapa kecilpun dia---adalah manusia. Selayaknya manusia lainnya, anak membutuhkan hal-hal untuk terus hidup. Okelah kalau kita sudah memberinya asupan gizi yang baik untuk tubuhnya, tapi apakah iya kita sudah memberikan asupan juga untuk jiwanya? Ciee
Penjelasan yang agak panjang di atas sudah dipahami kan? Jadi, sudah tidak terkejut lagi kan dengan anak-anak yang lengket kayak perangko dengan gawainya? Intinya anak dan kita (orang dewasa) memiliki 3 kebutuhan dasar yang harus terpenuhi, yaitu ingin terus berkembang kompetensinya, ingin memiliki kebebasan menentukan pilihan (mandiri/independen) dan juga ingin tetap terhubung dengan dunia sosial. Nyatanya gawai dengan internet sepertinya mampu memberikan asupan ketiga kebutuhan tersebut.
Coba cek kembali kalimat terakhir yang saya tulis, "sepertinya". Artinya, seolah-olah atau nampak. Kayak iklan kecantikan itu lo bu, "nampak" cerah dan berkilau. Tapi apa iya cerah dan berkilau beneran? Itu artinya pasti ada celah yang bisa kita gunakan untuk menarik kembali anak-anak kita ke dunia yang nyata dan fana ini. Meskipun dunia ini fana bapak atau ibu sekalian, namun dunia internet lebih fana lagi lo hehe.
Okelah kalau begitu. Kata kunci adalah apakah kita menginginkan anak-anak kita tumbuh secara nyata atau abal-abal? Bila kita menginginkan mereka kembali "menginjak bumi" maka ya kita harus tunjukkan bahwa kenyataan ini lebih menarik dari gawainya.Â
Banyak cara yang bisa orangtua lakukan untuk mengurangi intensitas mereka dengan gawai. Ajaklah mereka berkomunikasi dan beraktivitas yang menarik minat mereka. Jangan sedikit-sedikit dikasih HP, nanti jadi bukit loh.Â
Jalan-jalan, mewarna, menggambar berkebun, membuat kerajinan sederhana adalah hal-hal yang membuat mereka mendapatkan hal-hal baru dalam kehidupannya. Tentu masih banyak lagi selain itu.
Memberikan mereka kebebasan adalah tugas kita selanjutnya saat sedang bersama anak-anak. Saya ambil contoh, ketika kita mengajaknya berkebunmisalnya, biarkan mereka berkreasi. Memang sih, seringkali mereka membuat "kekacauan". Tapi memang itulah mereka, gak usah sedikit-sedikit diaatur, karena itulah dunianya.Â
Bila niatnya menanam tanaman dan jadinya banyak tanaman yang rusak, ya itukan hal yang bisa kita ajarkan pada mereka. Bahwa hasil dari pekerjaan mereka seperti itu, namun toh bisa diperbaiki lain waktu kan? Itu satu contoh, banyak contoh lainnya yang anak-anak kita bisa kita libatkan. Bahkan bisa saja kita libatkan mereka dalam aktivitas membersihkan rumah, mulai menyapu, mengepel, membuang sampah dan lainnya.