Mohon tunggu...
Akhmadi Swadesa
Akhmadi Swadesa Mohon Tunggu... Seniman - Pengarang

Menulis saja. 24.05.24

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biarlah Semua Jadi Kenangan

8 Oktober 2024   21:47 Diperbarui: 11 Oktober 2024   17:35 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Gambar ilustrasi sumber: via Kompas.com

Melihat perempuan yang baru ke luar dari dalam mobil dengan menggandeng bocah-bocah kecil yang gagah dan cantik itu, Rafilus terkejut setengah mati. Maryani, bisiknya dalam hati.

Aswad pun demikian. Betapa terkejutnya dia melihat Rismayana ke luar dari dalam rumah dan melangkah pelan menghampiri mereka. Oh, Rismayana, pikir Aswad.

"Itu istri Pak Rafilus ya?" tanya Aswad pura-pura tidak mengenal Rismayana. Dan Rismayana pun demikian, berlagak tak kenal dengan Aswad.

"Iya, benar. Itu istri saya, Rismayana. Dan yang itu, tentu istri Pak Aswad ya?" kata Rafilus, berpura-pura tidak mengenal Maryani. Dan Maryani pun demikian, berlagak tak kenal dengan Rafilus.

"Iya, benar. Itu istri saya, Maryani beserta anak kandung kami berdua, Raka dan Tika," sahut Aswad tanpa memandang ke arah Rismayana. "Dulu sekali, saya sudah pernah berumahtangga, Pak Rafilus. Tujuh tahun lebih usia perkawinan kami, tapi kami tidak beroleh keturunan. Meskipun dokter katakan bahwa kami semua sehat-sehat saja, belum saatnya aja dapat keturunan. Saya sangat mencintai istri saya itu dan tidak ingin berpisah, saya minta dia menunggu beberapa waktu lagi siapa tahu kami akhirnya memperoleh keturunan, dan saya usulkan pula untuk mencoba mengadopsi seorang anak sebagai pancingan, karena biasanya -- berdasarkan pengalaman pasangan yang belum punya anak -- setelah itu istri bisa hamil, tapi dia tetap menolak dan minta berpisah. Dia ingin mendapatkan keturunan dari lelaki lain yang akan menjadi suami barunya. Kami pun akhirnya berpisah," lanjut Aswad panjang-lebar, dan kini sebelah tangannya memeluk pundak Maryani yang bagus itu.

Rismayana menarik napas panjang sembari membuang muka, memandang ke rumpun-rumpun bunga melati dan mawar di sudut halaman. Hatinya serasa ditusuk duri mendengar penuturan Aswad, yang memang sengaja menyindir dirinya itu, karena dia memang mantan istrinya Aswad.

Ya, seandainya dulu aku tetap bertahan menjadi istrinya Aswad, sebagaimana permintaannya dulu, mungkin akhirnya aku bisa mengandung dan memperoleh keturunan, sebagaimana wanita cantik yang telah menjadi istrinya itu, dan memberikannya dua orang anak yang gagah dan cantik. Hati Rismayana terus berkata-kata sendiri, seolah menyesali apa yang sudah terjadi.

"Mah, mungkin Pak Aswad dan istrinya ingin melihat-lihat keadaan rumah kita," ucap Rafilus mengalihkan topik perbincangan sambil mencoel pundak istrinya, Rismayana. Hatinya sendiri serasa pilu mendengar cerita Aswad tadi, karena apa yang dialami Aswad, sama benar dengan yang dia alami sendiri.

Ya, seandainya dulu aku tetap bertahan menjadi suaminya Maryani, sebagaimana permintaannya dulu, mungkin akhirnya aku bisa memperoleh keturunan, sebagaimana yang telah didapatkan Aswad dari Maryani, dua orang anak yang gagah dan cantik. Hati Rafilus terus berkata-kata sendiri, seolah menyesali apa yang sudah terjadi.

Akhirnya Aswad dan Maryani beserta kedua anak kandung mereka, diajak melihat-lihat kondisi dalam dan luar rumah. Ketika ada kesempatan Maryani berdua saja dengan Rismayana, mereka lalu berbicara sebagaimana dua orang perempuan.

"Rumah ini memang cukup bagus, Bu. Sayang terlalu di pinggiran kota," kata Maryani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun