Karena di ruang tamu itu tidak ada kursi atau sofa, gadis-gadis cantik itu hanya duduk lesehan di lantai ubin beralaskan selembar tikar plastik.
   "Ada kabar apa nih?" tanyaku sambil ikut duduk lesehan.
  "Iya. Bang Remon, Ketua Karang Taruna kita, sudah ada nggak beri tahu sama Kak Ardi?" tanya Ratih.
   "Tentang apa ya?" Aku menatap gadis-gadis itu.
   "Tentang rencana kita ngadain pelatihan untuk seluruh anggota, pelatihan cara mandiin mayat," sambung Dianti.
   "Belum ada tuh," sahutku.
   "Nah, makanya kami berdua mampir kemari menemui Kak Ardi. Karena acara pelatihan cara mandiin mayat itu rencananya besok kita laksanakan," timpal Ratih lagi.
   "Oke  siap. Tempat pelatihannya di mana?"
   "Menurut Bang Remon, bagusnya di rumah Kak Ardi ini aja. Ruang tengahnya lumayan luas, dan air dari pompa Dragon itu sepertinya cukup melimpah," ucap Dianti.
   "Bagaimana? Kak Ardi nggak nolakkan rumah ini dijadikan tempat latihan mandiin mayat?" tanya Ratih.
   "Oh, boleh-boleh," sahutku, tertawa. Cuma untuk latihan mandiin mayat kok, masa aku harus menolaknya.