Sepanjang perjalanan, perempuan itu hanya diam, sesekali menarik napas panjang, seolah sedang memikirkan sesuatu yang sangat berat dan membebani batinnya.
Ramson mencoba mencairkan suasana dengan beberapa pertanyaan ringan, tapi perempuan itu hanya menjawab dengan kata-kata singkat atau anggukan. Akhirnya, Ramson memutuskan untuk berkonsentrasi mengemudi. Dan berharap perjalanan ini segera berakhir.
Manakala mereka mulai memasuki Jalan Bunga Kamboja, suasana semakin aneh. Ramson merasakan hawa dingin yang menusuk dan lindap hingga ke tulang sumsum.
Tiba-tiba, perempuan itu berkata dengan suara yang pelan, "Pak, bisakah kita berhenti sebentar di depan rumah itu?"
Ramson mengerem perlahan dan memandangi rumah yang dimaksud. Rumah itu tampak tua dan tak terawat, dengan cat warna biru yang sudah mengelupas di sana-sini dan jendela yang tertutup rapat. Hatinya berdesir, bagai merasakan sesuatu yang ganjil, tapi dia tetap menghentikan mobilnya.
Perempuan itu masih diam di dalam taksi, memandangi rumah tua tersebut dengan tatapan penuh arti. Ramson, yang semakin penasaran, bertanya, "Neng, ada apa dengan rumah ini? Apakah rumah ini milik Neng?"
Perempuan itu menarik napas panjang, kemudian menjawab, "Iya, benar. Ini rumah saya dulu, Pak. Sudah lama saya tidak kembali ke sini."
Ramson terkejut mendengar jawaban tersebut. "Dulu? Maksud Neng bagaimana?"
"Sudah bertahun-tahun saya pergi dari sini, Pak. Ada banyak kenangan yang tertinggal di rumah ini... kenangan yang pahit dan manis."
Suasana semakin mencekam, Ramson merasakan ada sesuatu yang tidak biasa. Sepertinya aneh sekali. "Neng, kenapa tidak masuk saja? Mungkin bisa melihat-lihat sebentar?"
Perempuan itu tersenyum pahit, "Saya tidak bisa masuk, Pak. Saya hanya bisa melihat dari luar."