Mohon tunggu...
Akhmadi Swadesa
Akhmadi Swadesa Mohon Tunggu... Seniman - Pengarang

Menulis saja. 24.05.24

Selanjutnya

Tutup

Horor

Tentang Dua Orang Pemulung

1 Juni 2024   07:33 Diperbarui: 7 Juli 2024   18:32 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Ilustrasi sumber: Pixabay.com

"Tapi ayahmu tidak kita ketahui tempat tinggalnya di kota itu," kata beliau saat itu.

"Saya akan mencarinya sampai ketemu, Bu," jawab anak lelaki berumur muda tersebut.

"Bagaimana kamu mencarinya? Ibu pernah dengar kota itu luas sekali. Tidak mungkin kalau akan menemukan ayahmu."

"Akan saya coba, Bu. Ibu tidak perlu khawatir. Ijinkan saja saya pergi."

"Terserah kamu," kata ibunya akhirnya. "Tapi berhati-hatilah di sana nanti."

    Setibanya di sini ternyata tidaklah gampang. Tidak semudah seperti apa yang pernah ia bayangkan. Kota megapolitan ini terlalu besar dan penuh orang. Dia telah berusaha menanyakan tentang ayahnya ke sana- kemari namun hasilnya nol. Sampai kemudian uang yang dibawanya dari desa habis, dan lelaki muda itu kebingungan.

     Lantas secara kebetulan dia bertemu dengan seorang pemulung. Seorang lelaki berumur empat puluh tahunan. Dia menceritakan masalah yang dihadapinya dengan pemulung senior itu. Dan ujung-ujungnya dia pun diajak serta tinggal bersamanya di sebuah gubuk berdinding bekas drum aspal yang penuh dikitari barang-barang bekas di pinggiran kota.

     Sejak saat itulah anak muda itu jadi pemulung pula, hingga sekarang. Dia memang anak yang rajin. Pemulung berumur empat puluh tahun itu amat menyukainya, dan terus meminta dia untuk tetap tinggal di rumahnya yang antik itu.

     Hujan masih juga turun. Belum nampak mau berhenti. Kemana dia mengarahkan pandangan, maka yang nampak kabut putih semata. Sebagian pakaiannya basah karena air yang tiris dari celah-celah daun mangga yang lebat itu. Tetapi dia tak perduli. Tetap asyik dengan kediamannya. Kemudian dia menyandarkan tubuhnya di pohon mangga itu, dan sejurus setelah itu terdengarlah dengkurnya, nyaring seolah ingin mengalahkan gemuruh hujan yang deras itu. Dia tertidur dengan perut kosong.

     Dalam tidur yang nikmat itu, dia bermimpi berjumpa dengan ayahnya. Dan mereka berpelukan dengan penuh kehangatan sembari tertawa-tawa. Begitu mesra. Begitu bahagia....

     Sementara itu di sebuah rumah sederhana namun penuh kenyamanan di daerah pinggiran kota bagian selatan, ayah kandungnya itu sedang asyik pula bermesraan dengan seorang wanita yang telah sah menjadi istrinya sejak setahun lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun