Setelah hidup, spesies mencoba beradaptasi pada alam yang sepenuhnya teratur ini. Baginya, alam berkembang dengan sendirinya berdasarkan hukum-hukumnya atau yang ia sebut seleksi alamiah (Kartanegara, 2017: 118). Seleksi alamiah sebagai mekanisme perubahan evolusioner. Seleksi alamiah timbul karena tingginya laju pertumbuhan yang membuat setiap spesies survive untuk bertahan hidup melalui perjuangan atau persaingan (Ridley, 2024).
Teori Mull Shadr
Sementara, Al-Harakah Al-Jawhariyyah atau perubahan trans-substansial meruntuhkan para pendahulunya yang menyebut substansi sebagai sesuatu yang fixed. Ternyata oleh Mull Shadr substansi (suatu kuiditas yang ketika ada di alam eksternal, maka ia tidak berada pada satu lokus) pun dapat mengalami perubahan yang juga dapat mengubah pada tingkat aksidental.Â
Misalnya, substansi sebagai manusia bisa saja berubah menjadi hewan secara substansial begitupun sebaliknya. Tidak ada sesuatu yang fixed pada substansi. Seperti halnya pada sains, Al-Harakah Al-Jawhariyyah Mull Shadr sekilas mirip dengan prinsip ketidakpastian Heinsberg yang meruntuhkan prinsip determinisme mekanis Newton, prinsip ketidakpastian menemukan bahwa pada level sub-atom yang fundament ditemukan prinsip ketidaktentuan atau belum fixed (Kartanegara, 2007: 107).
Gerakan perubahan terjadi pada substansi karena memiliki perubahan potensi menuju aktualitas. Sesuatu yang wujud bisa berpotensi untuk berwujud lagi, seperti kayu itu termasuk potensial sekaligus aktual. Substansi kayu bisa berubah menjadi meja atau bangku yang lebih aktual lagi.Â
Sementara warna pada kayu itu aksiden karena aksiden tidak bisa berdiri sendiri sehingga tidak bisa bergerak, berbeda dengan substansi yang dapat berdiri sendiri sehingga dapat bergerak. jadi, tesis yang awal berkembang menunjukkan perubahan terjadi pada aksiden ternyata ditentang oleh Mull Shadr dengan mengatakan bahwa perubahan pada aksiden itu bermula pada perubahan substansi.Â
Ketika substansi mengalami perubahan maka secara otomatis aksiden pun berubah. Misalnya, saat kayu sudah menjadi bangku, secara substansi sudah berubah dari suatu bahan utama menjadi sebuah produk, lalu aksiden atau sifat-sifat yang menempel pada sebuah substansi nya pun berubah, mulai dari warna, kehalusan permukaan kayu, perubahan bentuk dan lain sebagainya.
Perubahan gerak seperti menjadi sebuah keniscayaan dalam menyusun argumen filosofis emanasinya yang sangat erat dengan Al-Harakah Al-Jawhariyah. Adanya perubahan gerak memungkinkan sinaran emanasi dapat menjangkau segala sesuatu mulai dari alam fisik, alam imajinal hingga alam metafisik. Perubahan gerak dari potensial menuju aktual, lalu ketika sudah aktual menjadi potensi untuk mengaktual ulang ini disebut al-Labs ba'd al-labs (maksudnya, berpakaian setelah berpakaian) (Nasr, 2003: 919).Â
Seperti hal manusia, bermula dari sperma yang menjadi janin lalu menjadi bayi, menjadi anak kecil, menjadi remaja, menjadi dewasa dan menjadi orang tua. Namun proses ini tidak berhenti pada tataran fisik saja, karena Al-Harakah Al-Jawhariyyah menandai pemancaran menaik dari bawah keatas yang pada setiap wujud mempunyai intensitas cahaya yang memungkinkan untuk naik kepada realitas sebenarnya mereka dalam alam ketinggian (Nasr, 2003: 920).Â
Dari itu, jelas orientasi gerak trans-substansial Mull Shadr yang berawal dari Tuhan hingga kembali pada-Nya. Mulyadhi Kartanegara mengatakan bahwa teori Al-Harakah AL-Jawhariyah ini sama dengan evolusi Rumi dari mulai tataran yang lebih luas hingga kejelasan orientasi dari mana dan kemana (Kartanegara, 2006: 76).
Umat muslim kebanyakan lebih mengenal teori Charles Darwin ketimbang Al-Harakah Al-Jawhariyah nya Mull Shadr. Padahal, Al-Harakah Al-Jawhariyah mendahului teorinya Darwin.Â