Mohon tunggu...
Akhmad Fawzi
Akhmad Fawzi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Pascasarjana Filsafat Islam

Membaca, Menulis, Merenung, dan Melamun

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan Membentuk Murid Pembelajar dan Berkesadaran

11 Juli 2024   22:35 Diperbarui: 11 Juli 2024   22:35 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ia selalu sadar bahwa belajar tidak hanya di sekolah saja, kehidupannya pun dijadikan objek pembelajaran. Ia belajar bukan untuk mendapat nilai besar, tapi untuk memindahkan dirinya dari golongan yang tidak tahu kepada golongan yang tahu. Ia akan belajar kepada siapa pun, tidak memandang tua/muda, tidak memandangan agamanya sebab prinsip murid pembelajar ialah keterbukaan/inklusifitas.

Pendidikan tertinggi adalah yang tidak hanya memberi ilmu pengetahuan tetapi juga membuat hidup seorang murid selaras dengan semua keberadaan

Murid Cerminan Gurunya

Keterbukaan akan berkarakter pada murid jika yang mendidiknya bersikap terbuka/inklusif juga. Guru, kata Rabindranath Tagore berperan sebagai fasilitator dengan cara membiarkan murid tumbuh dengan bakat dan potensinya masing-masing agar ia mencapai self-realization. Baginya, lembaga pendidikan seperti madrasah atau sekolah umum ialah taman. Konotasi taman selalu menghadirkan kegembiraan, kenyamanan dan bebas mengukir kenangan. 

Agar menjadi taman, salah satunya pendidik harus merangkul, bersikap kasih sayang dan mencintai semua murid tanpa membeda-bedakan antara murid yang sering juara kelas dengan murid yang dikenal nakal. Guru sebagai pendidik sepatutnya sanggup memberi contoh juga teladan yang baik bagi anak didiknya sebab murid mencerminkan dan meniru apa yang gurunya lakukan. Jadi, jika ada anak didik kurang baik bukan disalahkan apalagi sampai dimarahi, tetapi guru harus intropeksi dan merefleksikan dirinya dalam mendidik anak yang kurang baik tersebut.

Dalam membawakan materi pelajaran, guru harus menghadirkan kenyamanan dan kebahagiaan dengan murid, dengan itu murid akan semakin berani untuk mengeksplorasi pengetahuannya. Jika sebaliknya, murid akan merasa takut saat guru bidangnya sudah datang dan ia cenderung pasif saat pembelajaran. Lagi-lagi, karakter murid menyesuaikan karakter gurunya, murid cerminan gurunya. 

Murid akan menyenangi pelajaran jika pelajaran tersebut dibawa ke dalam suasana menyenangkan oleh gurunya bahkan sampai menyenangi guru pelajaran tersebut. Jadi, selain pendalaman materi, pembawaan materi pun memengaruhi sikap seorang murid. Dapat dikatakan bahwa sikap murid saat pembelajaran ditentukan oleh guru pelajarannya.

Upaya yang dilakukan

Selain tadi pembawaan materi, seorang guru menurut Harun Nasution harus memiliki pengetahuan yang luas baik tentang agama maupun selainnya (Nasution, 1995: 389). Misalnya, Guru fikih saat menjelaskan materi "Peradilan Islam" harus bisa dikaitkan dengan disiplin ilmu lainnya seperti pendidikan kewarganegaraan, political science, bahkan ilmu-ilmu eksak seperti matematika, kimia dan fisika. Agar murid memiliki kesadaran bahwa khazanah pengetahuan ternyata dapat di integrasikan. Tak hanya itu, upaya kecil ini dapat mengurangi permasalahan keilmuan saat ini yaitu adanya pemisahan keilmuan yang menyebabkan sebuah ilmu cenderung tidak holistik dan membentuk pribadi ilmuwan yang parsial.

Permasalahan tersebut juga sudah berdampak pada setiap madrasah, misalnya segala ilmu eksak saat membicarakan penciptaan alam maupun manusia seperti teori evolusi, teori bigbang dan teori lainnya tidak mengacu pada Tuhan, tapi hanya pada seleksi alamiah atau hukum alam. Tentu, pendidikan Islam menawarkan konsep keilmuan yang lebih utuh dan seimbang dimana segala pengetahuan bermuara pada Yang Maha Mengetahui. Jadi, guru tidak hanya menguasai bidang pelajaran yang diampu nya saja, juga harus setidaknya mengetahui ilmu-ilmu lain guna membentuk cakrawala pengetahuan yang luas dan utuh kepada murid. Bukan hanya itu, murid-murid pun merasa senang mendengarnya dan lebih penasaran lagi untuk memahaminya.

Kesenangan murid akan memberikan feedback kepada guru pelajarannya, seperti ucapan terimakasih dan mau menerima nasihatnya bahkan melaksanakannya. Banyak yang mengatakan "Murid zaman sekarang sudah beda dengan zaman dulu, kalau dulu mah murid kalau ditegur langsung nurut, sedangkan murid sekarang mah kalau ditegur langsung lapor orangtua nya bahkan sampai lapor polisi". Guru tidak boleh bersikap romantisme, yang selalu mengharapkan apa yang ada di masa lalu terjadi di masa sekarang, selain karena sudah berkembangnya zaman juga setiap masa memiliki tantangannya tersendiri. Inilah tantangan guru zaman sekarang, tantangan harus di hadapi bukan untuk dikeluhkan dengan mencita-citakan pengalaman saat menjadi murid di masa lalu terulang kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun