Inilah fakta kebohongan kedua yang menewaskan Brigadir J, bahwa baku tembak tidak terjadi di rumah dinas Sambo, yang ada Barada E sebagai eksekutor atas perintah sang Jenderal untuk membunuh Joshua.
Terlepas benar atau tidaknya, kronologinya demikian, karena bisa saja, penembaknya malah bukan Barada E, tapi Ferdi Sambo sendiri, dan Barada E hanya masuk dalam pusaran Skenario dengan iming-iming uang atau ancaman terhadap keluarganya, hal tersebut bisa saja terjadi.
3. Saat peristiwa eksekusi tidak ada dilokasi karena sedang melakukan tes PCRÂ
Fakta kebohongan yang ketiga, skenario untuk mencuci tangan, pada akhirnya terbongkar pula, karena saat peristiwa terjadi sang Jenderal dikatakan tidak ada dirumah dinasnya, malah sedang bepergian untuk melakukan tes PCR.
Masih di kutip dari sumber yang sama "Ketika peristiwa terjadi, Sambo mengaku tak berada di tempat kejadian perkara (TKP) karena sedang melakukan tes PCR sepulang perjalanan dari Magelang"
Fakta yang sebenarnya Ferdi Sambo ada di TKP dan di duga memerintahkan Richard Eliezer Pudihang Lumiu untuk mengeksekusi sang ajudan.
Sudah tak bisa disangkal lagi, bahwa skenario sang jenderal menghabisi anak buahnya sendiri gagal total, hingga publik seantero Nusantara memahami peristiwa tersebut.
4. Soal pengambilan Decoder CCTV yang rusakÂ
Kebohongan lainnya atas skenario Ferdi Sambo, mengenai CCTV yang rusak dirumah dinasnya, sehingga tidak bisa merekam aktivitas apapun.
Bahkan saat terjadinya eksekusi jelas, tidak menemukan rekaman apapun, dan code senyap di berlakukan pada saat itu.
Masih dikutip dari sumber yang sama "bahwa Di awal, disebutkan CCTV di rumah dinas Sambo mati karena dekodernya rusak.Tetapi, dalam perkembangannya, polisi menyebut bahwa Sambo berperan dalam mengambil CCTV di sekitar TKP penembakan"