Gus Dur menjabat sebagai presiden republik Indonesia yang ke 4 terbilang dalam durasi yang sangat singkat, namun perubahannya sangatlah terasa bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bukan hanya bagi ummat muslim saja, namun bagi seluruh masyarakat yang berbeda-beda keyakinan, suku, adat, bahasa dan lain sebagainya, sehingga tidak heran sosok Gus Dur ini disebut sebagai bapak pluralisme.
Meski Gus Dur mampu bertahan pada waktu itu, namun kenyataannya beliau lebih memilih mengalah dan lengser dari jabatannya, bahkan di sekitar Gus Dur sendiri terjadi penghianata-penghiantan yang tak terkendali.
Pasca lengsernya Gus Dur dari kursi kepresiden, ada banyak peristiwa yang terjadi, termasuk Partai yang beliau dirikan pun pada akhirnya diambil alih oleh Ponaannha sendiri.
Sehingga pada waktu itu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) harus terbelah menjadi dua, yakni PKB versi Muhaimin dan PKB versi Alwi Shihab, namun dalam perjalanannya, PKB versi Muhaimin yang mampu menguasai partai tersebut hingga saat ini.
Jika ditanyakan siapa yang salah dibalik lengsernya beliau, Gus Dur selalu bilang dengan gaya humoris dan candaannya, namun setelah di cermati, jawaban beliau sungguh sangatlah bijak dalam mengahadapi situasi dan kondisi pada waktu itu.
Kematian Gus Dur dan Penghormatan terakhir seluruh pemeluk agama di negeri ini
Gus Dur seorang ulama dan pemimpin bangsa yang pluralis, beliau mampu merangkul semua golongan tanpa terkecuali, karena nilai-nilai kemanusiaan merupakan hal yang mendasar bagi beliau.
Ide, gagasan dan pendapat beliau yang terkesan nyentrik, kerap dijadikan persoalan dan isu miring oleh kolega dan lawan politiknya.
Tetapi bagi yang memahami dan satu frekuensi dengan pemikiran Gus Dur, bahwasanya pendapat beliau banyak yang menjadi kenyataan hari ini.