Ketersediaan ruang belajar dan ruang bermain bagi anak yang masih berada di tingkat paling dasar, menjadi prasyarat terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri, sehingga menjadikan pendidikan terhadap anak sebagai ruang untuk mengekspresikan dirinya.
3. Membiasakan dan melatih anak untuk mandiri
Kembali lagi pada anak, bahwasanya anak tidak bisa kemudian digeneralisir, karena anak-anak yang hadir di sekolah, tentu tidak akan pernah lepas dari dukungan dan dorongan orang tua.
Dalam konteks ini, yang hendak dituangkan oleh penulis pada anak yang masih berada ditingkat paling dasar yakni Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Mungkin saja masih banyak guru yang tidak telaten dalam menghadapi anak yang masih berumur mulai dari 3 Sampai 6 tahun tersebut.
Anak pada usia sangat belia itu, memang kerap tidak bisa lepas dari ketiak orang tuanya, dan memang cukup susah untuk ditinggalkan, bahkan ketika di ruang kelas, terutama ibunya bisa dibuat sekolah kembali oleh sang anak, pasalnya anak tidak bisa ditinggalkan keluar meski hanya sebentar.
Guru dan orang tua dalam konteks ini harus bekerja sama dengan baik, dalam artian ada jadwal yang sudah dipersiapkan untuk membuat anak itu mandiri dalam artian bisa ditinggalkan oleh orang tuanya untuk mengikuti proses belajar.
Cara paling sederhana bisa dilakukan secara bertahap dengan waktu kurang lebihnya selama tujuh hari, pelan-pelan anak terus berinteraksi dengan guru dan teman sebayanya, sehingga anak jika sudah senang di lingkungan sekolah dan sudah merasa nyaman, secara otomatis ditinggal pulang pun tidak akan menjadi persoalan.
4. Memberikan ruang kemerdekaan berekspresi pada anak
Anak tidak perlu ditekan untuk belajar, karena memang dunianya adalah bermain baik dengan teman sebayanya, atau melakukan permainan yang bersifat edukatif.
Pada dasarnya anak memiliki kebebasan dan kemerdekaan yang harus tetap dikontrol baik oleh orang tuanya maupun oleh gurunya, ketika berada lingkungan sekolah.