Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

7 Cara Melatih Fokus Anak untuk Giat Belajar Tanpa Harus Memaksanya

21 Juli 2022   18:01 Diperbarui: 22 Juli 2022   14:35 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak belajar (Sumber: shutterstock via ifestyle.kompas.com)

"Kita semua tahu bahwa dunia anak adalah bermain. Ada beragam mainan yang diminati oleh anak, tanpa harus menggeneralisir kesukaan anak yang cenderung berbeda satu sama lain"

Dalam proses belajar mengajar, tentu kita sering menghadapi anak yang fokusnya masih belum terarah, apalagi anak yang masih di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Anak yang masih duduk di tingkat PAUD, proses belajar adalah bermain sambil lalu lalu belajar, seperti apa konsep bermain sambil belajar? 

Tentu saja masing-masing guru memiliki cara dan trik yang berbeda untuk mendidik anak yang fokusnya masih bermain.

Anak jika di ibaratkan kertas putih, tentu mereka masih sangat polos, sehingga seorang guru dituntut untuk mengisi ruang yang polos tersebut dengan cara persuasif dan kreatif.

Sudah tidak lazim di zaman digital ini, proses pendidikan terhadap anak dengan cara-cara yang konvensional, apalagi dengan melakukan pressure yang cenderung menyakiti anak secara psikologis, tentu saja hal tersebut tidaklah dibenarkan.

Seorang pendidik memang dituntut untuk memahami aspek psikologis anak, terutama soal konsentrasi anak yang terkadang sering ambyar saat proses belajar, sumber: hellosehat.com
Seorang pendidik memang dituntut untuk memahami aspek psikologis anak, terutama soal konsentrasi anak yang terkadang sering ambyar saat proses belajar, sumber: hellosehat.com

Seorang guru harus memahami betul pada masing-masing peserta didiknya, terutama pada aspek psikologis yang melatarbelakangi anak itu sendiri.

Sebab tidak bisa dipungkiri anak didik yang datang ke sekolah, dilatarbelakangi oleh tekanan psikologis orang tuanya, sehingga ketika menghadapi proses pembelajaran, justru anak malah uring-uringan, dan konsentrasinya tidak menentu, tentu seorang guru tidak boleh memaksakan kehendaknya terhadap anak itu sendiri.

Oleh karena itu, tujuh cara ini bisa menjadi rekomendasi bagi guru untuk melatih dan mendidik anak-anak untuk lebih giat lagi belajar.

1. Melatih kebiasaan pada anak

Kembali lagi pada dunia anak, di mana ruang aktivitas anak adalah bermain, namun jangan lupa bahwa ada waktu yang harus dibagi, yang pastinya harus diatur orang tua yang bekerja sama dengan gurunya.

Memang tidaklah mudah melatih konsentrasi anak, apalagi anak yang masih umur 3 tahun, jelas lebih rumit dari anak yang sudah berada di bangku Sekolah Dasar.

Anak yang masih berada di tingkat PAUD tersebut, konsentrasi belajarnya lebih sedikit, sehingga guru harus memahami betul kapan waktunya mereka berkonsentrasi.

Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah melatih dan membiasakan fokus anak pada pelajaran yang sangat disukai, semisal pelajaran menyanyi, semua anak yang masih berada di tingkat PAUD akan sangat senang dengan lagu-lagu yang dibawakan oleh gurunya, dengan konten lagu yang menarik dan mudah direkam oleh anak.

Di samping ada latihan untuk menjadi kebiasaan, guru juga dituntut harus kreatif betul dalam berinteraksi dengan peserta didiknya.

Oleh karenanya guru kreatif akan menyamakan bahasa yang disampaikan sesuai dengan situasi dan kondisi anak itu sendiri, apalagi yang masih di tingkat PAUD masih dalam proses belajar berkomunikasi.

2. Memiliki ruang belajar yang nyaman dan menarik untuk anak didik

Tempat belajar sangat mempengaruhi terhadap psikologis anak, di mana tempat yang nyaman, aman dan indah cenderung membuat anak cukup betah belajar disekolahnya.

Lokasi belajar yang aman dan nyaman bagi anak, pastinya akan membuat mereka senang dalam berinteraksi baik dengan gurunya maupun dengan teman sebayanya.

Apalagi bagi anak yang masih berada di tingkat PAUD, sehingga tempat menjadi suatu keharusan dibuat senyaman mungkin bagi keberlangsungan proses belajar dan mengajar.

Ketersediaan ruang belajar dan ruang bermain bagi anak yang masih berada di tingkat paling dasar, menjadi prasyarat terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri, sehingga menjadikan pendidikan terhadap anak sebagai ruang untuk mengekspresikan dirinya.

3. Membiasakan dan melatih anak untuk mandiri

Kembali lagi pada anak, bahwasanya anak tidak bisa kemudian digeneralisir, karena anak-anak yang hadir di sekolah, tentu tidak akan pernah lepas dari dukungan dan dorongan orang tua.

Dalam konteks ini, yang hendak dituangkan oleh penulis pada anak yang masih berada ditingkat paling dasar yakni Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Mungkin saja masih banyak guru yang tidak telaten dalam menghadapi anak yang masih berumur mulai dari 3 Sampai 6 tahun tersebut.

Anak pada usia sangat belia itu, memang kerap tidak bisa lepas dari ketiak orang tuanya, dan memang cukup susah untuk ditinggalkan, bahkan ketika di ruang kelas, terutama ibunya bisa dibuat sekolah kembali oleh sang anak, pasalnya anak tidak bisa ditinggalkan keluar meski hanya sebentar.

Guru dan orang tua dalam konteks ini harus bekerja sama dengan baik, dalam artian ada jadwal yang sudah dipersiapkan untuk membuat anak itu mandiri dalam artian bisa ditinggalkan oleh orang tuanya untuk mengikuti proses belajar.

Cara paling sederhana bisa dilakukan secara bertahap dengan waktu kurang lebihnya selama tujuh hari, pelan-pelan anak terus berinteraksi dengan guru dan teman sebayanya, sehingga anak jika sudah senang di lingkungan sekolah dan sudah merasa nyaman, secara otomatis ditinggal pulang pun tidak akan menjadi persoalan.

4. Memberikan ruang kemerdekaan berekspresi pada anak

Anak tidak perlu ditekan untuk belajar, karena memang dunianya adalah bermain baik dengan teman sebayanya, atau melakukan permainan yang bersifat edukatif.

Pada dasarnya anak memiliki kebebasan dan kemerdekaan yang harus tetap dikontrol baik oleh orang tuanya maupun oleh gurunya, ketika berada lingkungan sekolah.

Kemerdekaan anak dalam konteks belajar sangatlah penting, mengingat anak memiliki daya kreatif dan imajinatif yang sudah dimiliki sejak mereka lahir.

Orang tua dan guru, hanya sebagai pendamping untuk membimbing, mengarahkan, mengontrol dan memberikan stimulasi untuk menggali potensi yang terkandung dalam diri anak.

Itulah hakikat dari kemerdekaan anak dalam konteks belajar, sehingga fokus dan konsentrasi lebih terarah dengan tetap melalui bimbingan dari seorang guru.

5. Melatih Fokus anak dengan mainan yang disukai

Saat ini sudah banyak mainan yang bersifat edukatif yang mampu merangsang anak untuk bisa belajar dengan senang.

Mainan yang memiliki nilai-nilai edukatif merupakan pilihan bagi pengelola pendidikan, khususnya yang masih berada ditingkat paling dasar yakni PAUD.

Dengan cara melatih anak dengan mainan bernilai edukatif, pastinya akan merangsang daya pikir dan potensi anak untuk lebih giat dan lebih senang lagi untuk belajar, tanpa ada paksaan dari siapapun, termasuk tidak ada paksaan dari gurunya.

6. Memberikan ruang olah rasa dan olah raga

Cara yang keenam ini tidak lain bertujuan menjaga keseimbangan dalam proses belajar mengajar.

Menciptakan ruang yang nyaman, aman, dan pergerakan yang memadai bagi anak, tentu menjadi suatu keharusan bagi pengelola pendidikan, terutama yang masih berada ditingkat yang paling dasar.

Anak yang masih berada di tingkat PAUD, memang tidak bisa kita pungkiri, mereka teramat suka bergerak, bahkan ada yang hiperaktif yang terkadang membuat orang tua dan gurunya kewalahan menghadapinya.

Pentingnya menjaga keseimbangan tersebut sebagai bagian dari olah rasa dan olah raga bagi anak, sekaligus bagi gurunya juga.

7. Memberikan reward pada semua anak sesuai dengan kemampuannya masing-masing

Betapa senang dan gembiranya anak-anak yang di apresiasi baik oleh orang tua maupun oleh gurunya, meski hanya satu permen yang nilainya tidak seberapa.

Pada dasarnya manusia itu butuh yang namanya penghargaan atas apa yang telah dicapai, begitu pun dengan anak yang masih di usia belia.

Dalam konteks anak yang masih berada di tingkat PAUD, memberikan reward bukan berarti tidak boleh tebang pilih, namun semuanya harus di beri reward sesuai dengan penilaian guru.

Karena dengan di beri reward, meski nilainya berbeda satu sama lain, akan membuat anak bangga, karena ada apresiasi baik dari gurunya maupun dari orang tuanya.

Dengan pemberian reward pada pencapaian yang diperoleh anak, akan menjadikan anak lebih semangat dan lebih konsentrasi lagi.

Dengan demikian beberapa cara di atas bisa diterapkan dengan cara-cara yang kreatif, sehingga anak akan lebih mudah memahami pembelajaran dengan semakin meningkatnya konsentrasi dalam mengikuti pelajaran di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun