Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerawanan Sosial di Tengah Ketidakpastian

19 Juli 2021   07:27 Diperbarui: 19 Juli 2021   07:32 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pagi-pagi riuh masyarakat sekitar yang kehilangan hewan ternak, tabung gas, kompor, kembali terjadi setelah hampir satu tahun aman-aman saja".

Pandemi covid 19 yang penuh ketidakpastian ini, tentu saja meningkatkan kerawanan sosial, akibat situasi dan kondisi yang tidak menentu, terlebih penghasilan yang juga ikut terserat tidak menentu menjadikan kondisi yang semakin sulit.

Semalam para maling menggasak hewan ternak, tabung gas, kompor menjadi fonomena tersendiri, bahwa kerawanan sosial di masa pandemi tidak bisa di hindari lagi.

Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat, bagi orang yang sudah lapar, tentu hal tersebut tidaklah berlaku, faktanya mereka (para maling) telah menggasak barang miliki orang yang miskin pula.

Kondisi yang dilematis, dengan di rumah saja ada kecemasan dan kekhawatiran anak istri tidak bisa makan dengan kenyang, pada malam hari yang gelap pun di jadikan kesempatan untuk memuluskan aksinya mencuri.

Jika kebijakan PPKM darurat akan di perpanjang kembali, bukan berarti tidak ada resiko yang lebih rawan lagi, mengingat ketakutan akan rasa lapar, menjadi aksi nekat yang akan di lakukan oleh siapa saja yang mendapatkan kesempatan.

Ingat bahwa kejahatan tidak datang hanya ada kesempatan saja, namun kejahatan datang karena dibarengi niat, kesempatan dan rasa lapar yang mendera.

Pandemi dan Ekonomi 

Tidak ada yang mengharapkan pandemi ini terjadi, namun semua sudah terjadi, dan hal itu tidak hanya di negeri kita sendiri, namun sudah menyebar ke seluruh dunia.

Anjuran untuk di rumah saja, menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan semua memang untuk kesehatan dan juga untuk menjaga imun yang kuat, serta memutus mata rantai penyebaran covid 19.

Tetapi ketika rasa cemas dan khawatir akan rasa lapar, imun memang masih kuat, tetapi iman mulai melemah, karena tangis kelaparan, menjadikan mereka nekat kerja malam hari dengan resiko yang lebih tinggi.

Beragam bantuan memang sudah di gelontorkan oleh pemerintah dengan sistem bagi masyarakat buruh dan tidak mampu, tetapi kita sadari bahwa masih cukup banyak bantuan yang tidak tepat sasaran dan masih tumpang tindih.

Tumpang tindih penyaluran bantuan menjadikan mereka harus nekat kerja di malam hari, supaya kelaparan tidak menjangkiti mereka.

Kembali lagi, semua yang terjadi merupakan faktor ekonomi yang tidak menentu di masa pandemi, kerawanan sosial pun kerap terjadi, dan apa yang kami tulis merupakan sebagian kecil dari kasus lainnya yang jauh lebih besar dan lebih rawan lagi di tengah situasi dan kondisi yang tidak menentu ini.

Ketidakpastian pendapatan dan meningkatnya kejahatan 

Bagi masyarakat kelas menengah ke atas, barangkali kondisi ini masih di anggap dalam batas kewajaran, dan inisiasi perpanjangan PPKM darurat, di anggap sah-sah saja, tetapi menjadi cukup berat bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Ketidakpastian pendapatan, jelas akan meningkatkan kejahatan, ketika pemenuhan hajat hidup yang mulai menipis, cemas dan khawatir akan rasa lapar kian terjadi.

Dengan beragam bantuan yang sudah di gelontorkan pemerintah, apakah hal itu menjamin stabilitas masyarakat, atau justru hal itu hanya topeng bagi pemerintah untuk menciptakan stabilitas sementara, dan situasi kondisi ini bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja.

Masyarakat kelas menengah kebawah, memang dalam situasi yang dilematis dengan di berlakukannya PPKM darurat ini, satu sisi ketakutan akan tertular virus yang mematikan ini, namun disisi yang lain Ketidakpastian pendapatan, memunculkan reaksi kejahatan.

Rasa Lapar Memicu Kerawanan Sosial 

Mati karena virus Corona atau mati karena kelaparan, keduanya bukanlah pilihan, dan siapapun tidak ingin memilihnya, disitulah kondisi dilematis yang mencekam.

Barangkali bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan, pengaruh pandemi ini tidaklah dianggap begitu rawan, karena mereka masih sanggup hidup seadanya dengan bercocok tanam sebagai penghasilan utama.

Namun bagi masyarakat yang kurang mampu dan hidup diperkotaan, tentu saja kondisi ini memicu kerawanan, sebab ketidakpastian pendapatan menjadi meningkatnya adrenalin kecemasan dan kekhawatiran yang bisa memicu reaksi kejahatan.

Ketakutan akan rasa lapar, lebih berbahaya lagi ketimbang Corona, itu fakta nyata di tengah pamdemi yang melanda, dan tentu saja akan menyebabkan kerawanan sosial yang tidak bisa di hindari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun