Mahabbahtullah, satu konsep cinta yang digagas antara Tuhan dan manusia, sehingga Tuhan tidak sebagai objek yang harus ditakuti, tapi mesti dicintai. Cinta kepada Tuhan telah berhasil memberikan paradigma lain dalam "melihat Tuhan".
Ia menempatkan Tuhan sebagai kekasih yang ia dan Tuhan saling merindukan, memperjelas hubungan yang didasari cinta antara Tuhan dan hamba.
Wujud cinta Tuhan kepada hamba termanifestasi pada penciptaan-Nya, dan wujud cinta hamba kepada-Nya adalah kesadaran akan keberadaaanya yang semu.
Cintalah yang akan membawa kesempurnaan hidup manusia dan membawanya pada kebahagiaan hakiki yakni perjumpaan dengan Tuhan, tidak ada kerinduan tanpa cinta, tidak ada cinta tanpa bertemu dengan-Nya (mendeskripsikan hubungan cinta manusia dan Tuhan yang abadi).
Hakikat cinta hanya akan diperoleh setelah mengetahui makna, proses pencapaian dan manifestasinya. Oleh Rabi'ah menyebutkan dua model cinta; Cinta rindu dan cinta karena Kau layak dicintai. Cinta kepada Tuhan karena kebaikan dan karunia-Nya, dengan seketika.
Dan cinta kepada-Nya karena Dia layak dicintai ialah cinta keindahan dan keagungan-Nya yang tersingkap padanya.
Cinta kedua inilah disebut paling luhur dan mendalam serta merupakan kelezatan melihat keindahan Tuhan. "Bagi hambaku yang shaleh Aku menyiapkan apa yang tidak terlihat mata, tidak terdengar telinga, dan tidak terbesit kalbu manusia." , hadits Qudsi.
Makna cinta karena rindu adalah rasa cinta yang timbul karena nikmat dan kebaikan yang diberikan Tuhan. Yang dimaksud nikmat adalah nikmat materil dan spiritual, kita tidak memandang nikmat itu sendiri tapi sesuatu yang ada di balik nikmat tersebut.
Cinta karena Kau layak dicintai adalah cinta yang tidak didorong oleh kesenangan inderawi, tapi didorong oleh Zat yang dicintai. Cinta yang kedua ini tidak mengharapkan balasan apapun. Dan kewajiban yang dijalankan semuanya bermula dari perasaan cinta dari Zat yang dicintai.
Cinta datang dari keabadian (azal) dan melampaui hingga keabadian (abad). Dia tidak menemukan siapapun dalam delapan belas ribu alam untuk meminum seteguk darinya.
Akhirnya ia mencapai al-Haqq, dan dari-Nya-lah ungkapan ini tinggal: "Aku dan Dia dalam keabadian cinta"...