Harga hasil pertanian sering kali berfluktuasi, tergantung pada musim dan permintaan pasar. Ketidakstabilan harga ini menyebabkan pendapatan petani menjadi tidak menentu. Selain itu, para petani sering kali menghadapi kesulitan dalam mengakses pasar yang lebih luas dan mendapatkan harga yang layak untuk hasil pertanian mereka. Tengkulak atau perantara sering kali memanfaatkan situasi ini dengan membeli hasil tani dengan harga murah dan menjualnya dengan keuntungan yang besar.
4. Keterbatasan Akses pada Modal dan Kredit
Untuk meningkatkan produktivitas, petani membutuhkan modal untuk membeli bibit, pupuk, alat pertanian, dan kebutuhan lainnya. Namun, akses petani terhadap sumber pembiayaan formal seperti bank sangat terbatas, terutama di pedesaan. Banyak petani yang tidak memiliki jaminan atau agunan yang diperlukan untuk mendapatkan pinjaman. Akibatnya, mereka sering kali terpaksa meminjam dari tengkulak dengan bunga yang tinggi, yang pada akhirnya membebani mereka secara finansial.
5. Kepemilikan Lahan yang Terbatas
Sebagian besar petani di Indonesia adalah petani kecil yang hanya memiliki lahan sempit. Kepemilikan lahan yang terbatas ini membuat mereka sulit untuk mencapai skala ekonomi yang menguntungkan. Banyak dari mereka yang juga tidak memiliki sertifikat tanah, sehingga rentan terhadap konflik lahan atau penggusuran oleh pihak yang lebih berkuasa.
6. Kurangnya Dukungan dari Pemerintah
Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk mendukung petani, implementasi di lapangan sering kali tidak berjalan optimal. Bantuan yang tidak merata, birokrasi yang rumit, dan kurangnya pengawasan menjadi masalah tersendiri yang membuat banyak petani tidak mendapatkan manfaat dari program-program tersebut.
7. Serangan Hama dan Penyakit
Serangan hama dan penyakit merupakan masalah lama dalam pertanian. Dalam beberapa kasus, petani kehilangan sebagian besar hasil panennya akibat serangan ini. Kurangnya akses terhadap pestisida yang efektif dan ramah lingkungan menjadi salah satu penyebab utama masalah ini.
8. Kurangnya Regenerasi Petani
Generasi muda di pedesaan semakin jarang yang tertarik untuk menjadi petani. Mereka lebih memilih bekerja di kota dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan. Kurangnya regenerasi petani ini mengancam keberlanjutan sektor pertanian di masa depan.